SELAMAT DATANG

selamat datang di blog kami semoga anda dapat mendapatkan infomasi yang anda butuhkan, kami senang dapat membantu anda

Kamis, 24 Desember 2009

STUDY FIGURATIVE LANGUAGE DALAM PUISI

A. Latar Belakang Masalah
Pusi adalah sebuah term yang didalamnya terdapat beberapa jenis atau tipe seperti sonnet, lyric, ballad, song, ode, drama, epik dan drama monolog. Pada dasarnya puisi adalah sebuah luapan ekspresi dari sebuah emosional jiwa. Pusi biasanya berwujud stanza (paragrap) dan cantos (chapter) yang didalamnya terdapat macam-macam struktur variasi seperti rhyme, metter, imagery, allegory, figurative language dan lain sebagainya.
Dari keragaman itu puisi dikenal dengan kata Defamiliarization atau ketidak biasaan dalam penggunaan struktur kalimat yang biasa digunakan sehari. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2005:7) puisi adalah “mengekspresikan pemikiran yang mengembangkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan seuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan”.
Unsur-unsur dalam puisi sangatlah luas salah satunya dikenal sebuah unsure majas, kiasaan atau figurative language. Unsure kiasan ini adalah bahasa yang digunakan untuk memberikan perhatian kepada siappun yang menjadi pelaku sastra baik author atau reader. Tujuannya adalah selain menjadikan puisi lebih menarik dan variatif juga memberikan gambaran dari interpretasi imajinasi yang ada. “Biasanya bahasa kiasan mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup” (R. Djoko Pradopo, 2005:62). Banyak ragam bahasa kiasan Figurative language dalam pusi diantaranya Smile, Metaphor, Conceit, Synecdoche, Metonimy dan personifikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasatkan latar belakang maslah diatas mengenai Figurative Language yang membahas tentang majas-majas atau kiasan maka penulis merumuskan masalah diatas dengan pertanyaan, bagaimana unsur-unsur Figurative language dalam Puisi?
C. Langkah Penelitian
Dalam penelitian teks puisi kali ini akan terdapat uraian macam-macam Imagery yang akan di klasifikasikan dengan kelasnya masing-masing, untuk lebih jelasnya dapat diperagakan dengan skema penelitian di bawah ini:
















D. Pembahasan
1. Unsur Figurative Language dalam puisi
Bahasa kiasan ada bermacam-macam, namun meskipun bermacam-macam, mempunyai suatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbernd, 1970:15). Figurative language terdiri dari smile, metaphor, Synecdoche, Metonimy dan Personifikasi.
A. Simile
Simile adalah adalah perbandingan yang menggunakan kata “seperti” atau “bagaikan” (Edgar V. Roberts,1964:146).
Berdasarkan pendapat diatas kita dapat memahami klasifikasi pertama dari figurative language adalah smile yang selalu menggunakan kata perbandingan atau perumpamaan. Kata kiasan ini adalah kata as, like, yang sederhana atau umumnya sering digunakan dalam sajak, prosa dan aktivitas sastra lainnya. Dibawah ini contoh Smile dalam sajak Goblin Market karya Christina Georgina Rossetti:
One tramped at a rat's pace,
One crawled like a snail,
One like a wombat prowled obtuse and furry,
One like a ratel tumbled hurry-scurry.
Lizzie heard a voice like voice of doves
Cooing all together:
………..
Laura stretched her gleaming neck
Like a rush-imbedded swan,
Like a lily from the beck,
Like a moonlit poplar branch,
Like a vessel at the launch
When its last restraint is gone.

Kata like diatas membandingkan atau mengumpamakan sebuah act Laura ketika menegadahkan lehernya kepada beberapa perumpamaan, seperti melentungnya leher angsa, bunga bakung dan perumpaman lainnya.
Contoh laninnya dalam The Rubiyat of Omar Khayam karya Edward Fitzgerald:
I sometimes think that never blows so red
The Rose as where some buried Caesar bled;

Seperti bunga rose yang di umpamakan berada di atas kuburan Ceasar yang berdarah.
XXXI
Into this Universe, and Why not knowing,
Nor Whence, like Water willy-nilly flowing:
And out of it, as Wind along the Waste,
I know not Whither, willy-nilly blowing

Perumpamaan ketidak pedulian terhadap alam semesta yang memberikan pengetahuan yang di kiaskan dengan air Willy-Nilly yang mengalir, begitu saja berlalu dan tidak dipedulikan.
B. Metaphor
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, yang tidak menggunakan kata-kata perbandingan, seperti bagai, laksana, seperti, dan sebagainya, metofora itu membandingkan sesuatu dengan perantara benda yang lain (Becker, 1978:317). Jelasnya adalah mewakilkan sebuah obyek dengan obyek lain tanpa menggunakan kata yang biasa digunakan smile, bisa dengan menggunakan kata “adalah” atau deskripsi objek tersebut. Seperti pada sajak To My Dear and Loving Husband karya Anne Bradstreet:
My love is such that rivers cannot quench,
Nor ought but love from thee, give recompense.
Thy love is such I can no way repay,

Cinta yang dibandingkang dengan sungai yang tidak memuaskan rasa dahaga, dan cinta di dibandingkan atau diumpakan seperti sesuatu yang tidak dapat dibayar.
I know, and they know me—
I feel for them a transport
Of cordiality

Dia menggambarkan dirinya seperti alat penghantar penyambung bagi orang lain.
C. Metonymy
Metonimy adalah berupa atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut, (Altenbernd, 1970:21) ini dapat di misalkan seperti Presiden yang identik dengan Istana Bogor. Dalam puisi A Narrow Fellow In The Grass karya Emily Dickinson kita dapat melihat metonymy tersebut.
Have passed, I thought, a Whiplash
Unbraiding in the Sun

Pusi ini mewakilkan sebuah pecut atau cameti yang sekilas jika dilihat seperti ular kata Whiplash adalah metonymy dari the snake. Contoh lainnya dalam karya The Eagle karya Lord Tennyson:
He watches from his mountain walls
And like a thunderbolt he falls

His mountain walls adalah perwakilan dari hidung atau paruh dimana ia melihat menerabas paruh/hidungnya yang mancung seperti gunung.
D. Synecdoche
Synecdoche adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri (Altenbernd, 1970:22). Jadi synecdoche itu dapat diatakan salah satu jenis metaphor; yaitu sesuatu yang kecil mewakilkan sesuatu yang besar seperti mewakilkan manusia dengan batang hidungnya saja. Dibawah ini adalah contoh synecdoche dalam puisi Huswifery karya Edward Taylor .
My Words, and Actions, that their shine may fill
My wayes with glory and thee glorify.

Dalam stanza ini kata dan perbuatan mewakilkan sebuah kejayaan dan kata ‘kata’ dan ‘perbuatan’ mewakilkan seluruh anggota badan manusia.
Elizabeth B Browning dalam sonnet 43
With my lost saints-I lobe with the breath,
Smiles, tears, of all my life-and, if God choose,
I shall but love thee better after death

Senyum ‘smile’ dan tangis ‘tears’ mewakilkan semua perasaan yang ada dalam kehidupan
E. Personifikasi
Personifikasi itu merupakan majas yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir dan sebagainya seperti manusia. (Rachmat Djoko Pradopo, 2005:75). Seperti burung yang bernyanyi atau daun daun yang bergoyang, majas ini sebuah bahasa sastrawi yang menjadikan semua obyek bebas ber interpretasi. Personifikasi dapat kita lihat dalam puisi Sister Helen karya Dante G. Rossetti
"Oh the wind is sad in the iron chill
Puisi ini mengandaikan sebuah angina yang sedih karena panasnya cabai.

Puisi The Eagle: A Fragment karya Alfred; Lord Tennyson
He claps the crag with crooked hand
Close to the sun in lonely land

Puisi ini menyebutkan sebuah pulau yang kesepian lonely land atau pulau mati bisa pula diartikan sesuatu yang besar tetapi tiada arti.
E. Kesimpulan
Figurative language adalah sebuah majas yang mengatur struktur kata menjadi sangat komplek dan variable. Memilki banyak makna dan konotasi kepada makna lain yang kesemuanya itu tergantung kepada interpretasi pembaca.
Penggunaan majas dalam pusi seperti simile, metaphor, metonimy, sinedoche dan personifikasi semuanya adalah majas perwakilan atau perbandingan, dengan sifat dan ragam yang berbeda baik sederhana atau berlebih-lebihan. Dari kesemua perbandingan itu dapat kita amati bahwa figurative languge berperan dalam puisi sebagai ajang deskripsi sesuatu dengan yang lainnya atau memaknai makna denotasi dan konotasi. Bahkan kita dapat mendapatkan sebuah informasi tentang sebuah puisi itu dibuat dilihat dari deskripsisi sesuatu pada saat tertentu, misalkan majas metonimy pada kata “resletingnya terbuka-tak tertutup” bisa menandakan seseorang yang pelupa atau dia lupa karena tergesa-gesa. Atau kita mengetahui kapan puisi ini diceritakan; misal kita membaca puisi yang terdapat majas synecdoche menyebutkan ‘kerah kanji’ adalah deskripsi kemeja yang rapih yang di strika dengan menggunakan tepung kanji agar terlihat rapi dan keras, dan itu adalah deskripsi era tahun 70-an, dimana orang untuk merapihkan bajunya agar nampak lebih elegan dengan menambahkan tepung kanji saat menyetrika pakaiannya.
Jadi dengan figurative language kita dapat menyebutkan sesuatu yang simpel atau kompleks kedalam kata-kata yanglebih indah dan buas. Seperti halnya sebuah ukiran atau lukisan yang menggambarkan burung cendrawasih dengan deskripsi dan cara atau style yang berbeda itu akan memberikan kesan yang berbeda pula.
Daftar Pustaka

Altenbernd, Lynn dan Lislie L lewis, 1970. A Handbook for the Studyof Poetri. London: Collier-MacMillan Ltd.

Becker, A.L. 1978, Lingustik dan Analisis. Jakarta Panitia Pelaksana Penataran Sastra, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Edgar V. Roberts. 1964 Writing Theme About Litterature. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliftfs, USA.

Rachmat Djoko Pradopo, 2005, Pengkajian Puis: analisis strata norma dan analisis structural dan semiotiki, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

The Norton Anthology; Of English Literature, Seventh Edition, Norton & Company, Inc USA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar