SELAMAT DATANG

selamat datang di blog kami semoga anda dapat mendapatkan infomasi yang anda butuhkan, kami senang dapat membantu anda

Kamis, 24 Desember 2009

ANALISIS SYMBOL DALAM “DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA” KARYA

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sebuah alat komunikasi verbal yang tidak hanya bersifat universal, akan tetapi bahasa dapat menceriminkan segala sesuatu tentang perbuatan, tingkah laku dan budaya. Karena di dalam bahasa terdapat makna yang menunjukan sebuah ide dan aplikasi yang kesemuanya itu mencerminkan sebuah korelasi makna yang dapat dicerna oleh dirinya atau orang lain. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi; sebuah alat untuk menyampaikan sebuah ide dengan media tanda untuk menyampaikan sebuah pesan dari komunikan kepada komunikator. Sebuah puisi, cerpen novel dan lain sebagainya disampaikan dengan menggunakan bahasa. Selain memilki fungsi yang universal diatas bahasa juga sering digunkan menggambarkan sesuatu ide atau kejadian melalui symbol-symbol yang diinterpretasikan dalam bentuk bahasa verbal dalam berbagai media. Seperti halnya dalam dunia sastra bahasa digunakan bukan hanya alat penyampaian pesan saya akan tetapi bahasa digunakan sebagai unsur-unsur yang bermuatan symbol atau sesuatu yang mewakili sebuah pesan atau ide yang tersirat.
Menurut Northrop Frye (1975: 71). “Symbol, means any unit of any literary structure that can be isolated for critical attention. A word, a phrase, or an image used with some kind of special reference is all symbols when they are distinguishable elements in critical analysis”. Symbol adalah sebuah alat yang digunakan oleh banyak orang untuk mewakilkan suatu ide atau pesan dengan gambar atau kata untuk mewakilkan sebuah konsep lain.
Dalam bahasan makalah ini saya tertarik dengan sebuah karya “Dilarang Mencintai Bunga-bunga” sebuah cerita pendek karya.... alasan yang kuat bagi saya untuk menganalisi karya ini adalah setelah membaca karya diatas, ternyata saya menemukan banyak symbol yang digunakan oleh author dalam menulis cerpennya tersebut. Jelas, dalam point pembahasan saya akan mengurai symbol-symbol yang terdpat dalam karya diatas tentunya dengan berbagai pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Pesan atau konsep author dalam karya diatas di sampaikan kepada pembaca dengan berbagai symbol atau gambar lain yang mewakilkan ide yang ia ingin sampaikan. Seperti dikatakan oleh Chadwick (1971: 2-3) dia telah mendefinisikan Symbol: “ Symbolism can therefore be defined as the art of expressing ideas and emotions not by describing them directly, not by defining them through over comparisons with concrete images, but by suggesting what these ideas and emotions are, by re-creating them in the mind of the reader through the use of unexplained symbols”. Hemat saja, saya menyimpulkan bahwa symbol adalah sebuah term yang dapat mewakilkan sebuah ide, pesan emosional kepada sebuah perwakilan gambar atau kata yang menunjukan kepada sesuatu yang lain atau sebuah makna. Makna dan pesan itu tidak digamblangkan langsung secara jelas termaksud tapi dibuat bentuk-bentuk atau gambar-gambar lain, bahwasanya itu menjelaskan tentang makna dari sebuah pesan yang ingin disampaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan fokus dibahas dalam analysis ini adalah berbagai symbol dan makna atau pesan yang terdapat dalam karya “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”. Berikut dibawah ini rumusan masalah yang akan dibahas:
1. Bagaimana sinopsis cerita “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”?
2. Apa saja symbol yang terdapat dalam karya “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”?
3. Apa makna yang terdapat dalam symbol-symbol dalam karya karya “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”?
C. Tujuan Analisis
Analisis ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir studi pada mata Introduction to Litterary Analisis. Akan tetapi bukan hanya untuk memenuhi tugas saja, analisis ini diharapkan menarik minat untuk peneliti lain umumnya mahasiswa sastra khususnya penulis dalam kajian symbol dalam sebuah karya sastra. Karena analisis symbol adalah sebuah analysis yang mendasar dalam kajian sastra yang apabila hal itu ditempuh maka analisis tentang symbol akan memberikan sumbangan besar bagi siapa pun baik itu sebagai referensi atau inspirasi bagi kita untuk menelorkan sebuah karya sastra.
D. Pembahasan
1. Sinopsis “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”
Diceritakan sebuah keluarga yang terdiri dari tokoh Ayah, Ibu dan seorang anak laki-laki. Mereka baru pindah dari desa kekota, karena ayahnya mendapatkan pekerjaan di kota menjadi seorang mekanik pada sebuah bengkel. Buyung adalah nama anak laki-laki itu, dia adalah anak laki-laki yang normal seperti anak-anak lainnya. akan tetapi tiba-tiba dia menjadi anak yang aneh dikeluarganya karena dia menjadi anak laki-laki yang tidak seperti biasanya pada anak laki-laki lainnya. Buyung menyukai bunga setelah ia bertemu dan bersahabat dengan seorang kakek tua. Bersama kakek tua itu dia diajarkan sesuatu tentang kedamaian dan kesempurnaan. Buyung menjadi tidak menyukai ayahnya kaerna ayahnya sangat membenci dengan apa yang ia lakukan dengan bunga-bunga itu. Ayahnya ingin buyung menjadi lelaki yang tidak suka berdiam diri di kamar dan bergaul dengan bunga-bunga. Ayahnya ingin Buyung menjadi seorang lelaki yang bekerja yang dengan tangannya dapat merubah dunia dan menjadikannya bekerja dan terus bekerja. Sementara itu ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga sebagai guru ngaji yang mengajari buyung mengaji setiap sore. Buyung merasa tertekan saat penolakan dan tentangan dari ayahnya dengan apa yang ia lakukan dengan bunga-bunga yang ia pelihara di kamarnya. Dan dia membenci Ayahnya sangat benci dan menjadikan ayahnya menjadi seorang yang menakutkan dalam fikirnya. Disela-sela benci dan sedihnya itu dia mendapatkan banyak jawaban atas segala tekanan yang ada bahwa dia tidak boleh menangis dan arogan karena itu semua adalah kesesesatan (seperti apa yang diajarkan oleh kakek tua itu). Diakhir cerita Buyung di bimbing oleh ayahnya digiring menjadi seorang anak lelaki yang menggunakan tanggannya untuk bekerja bukan untuk menyiram bunga dan berdiam diri di kamar. Dan di akhir paragraph dia mengatakan “Bagaimanapun, aku adalah anak ayah dan ibuku”
2. Symbol-symbol pada karya “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka point penting yang akan dibahas disini adalah symbol apa saja; maksudnya symbol tu digunakan dan diterapkan atas objek apa dan mewakilkan apa? Menurut Guth (1997:189), symbols are images that have a meaning beyond themselves. Symbol is a detail, a character, or an incident that has a meaning beyond its literal role in the narrative. In order to fully respond to a story, it is necessary to become sensitive to symbolic overtones and implications. Dalam ungkapannya itu kita bisa menaggkap sebuah makna atau ide di dalam symbol yang diterapkan kepada bentuk gambar, setting, , charakter, bentuk narasi dalam sebuah cerita menjadi simbol-simbol yang mengimplikasikan sesuatu. Untuk lebih jelasnya maka kita dapat melihat symbol-symbol yang diterapkan digunakan kedalam bentuk lain dan lebih jelasnya dibawah ini klasifikasi symbol-sybol tersebut:
Tabel daftar symbol yang digunakan dalam
“Dilarang Mencintai Bunga-bunga”
Symbol Keterangan
Desa Setting
Kota Setting
Pintu Pagar Properti
Rumah Kakek Place
Bengkel Place
Ayah Character
Kakek Character
Tangan Alat
Bunga Benda/tumbuhan

3. Makna symbol dalam karya “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”
Pada point sebeumnya telah di uraikan symbol apa saja yang terdapat dalam “Dilarang Mencintai Bunga-bunga” dan dalam symbol itu terdapat makna yang mewakilkan sebuah ide atau pesan. Seperti apa yang dikatakan oleh Dadan Rusmana, (2004; 50) makna konvensional dari sebuan makna dari hubungan sebuah sybol adalah seperti apa yang dikatakan oleh Pierce,bahwaa sign atau symbol had memiliki dua dasar prinsip atau dua aspek, yaitu Representative and interpretative. Representative adalah sign yang merepresentasikan dari sebuah substitusi atau hal lain, sedangkan interpretative adalah sebuah situasi dimana sign dibubuhkan untuk supaya pembaca dapat menginterpretasikan maknanya sendiri masing masing. Dengan demikian maka pemaknaan terhadap symbol-symbol yang ada dalam “Dilarang Mencintai Bunga-bunga” akan di di uraikan pada tabel dibawah ini:
Representative Symbol Interpretative Symbol
Desa Masa depan suram, malas-malasan, dan pengangguran. “Benar, di desa kita banyak tetangga, tetapi mereka membuat banci, pikiran. Dan itu ayah tidak suka”
Kota Pusat pekerjaan, menggairahkan memberi semangat dan kesibukan. “bukan main senang hati ayah, mendapatkan kerja di kota. Ayah sibuk dengan pekerjaan, karena malas adalah musuh terbesar laki-laki”
Pintu Pagar Sebuah sinekdok yang menyimbokan wajah kakek tua, dengan melihat pintu pagar saja para tetangga seakan melihat sosok seorang kakek, karena ia jarang keluar rumah dan rumahnya di tutup penuh oleh pagar tembok. Jadi pintu pagar adalah perwakilan dari sosok character kakek tua, “Kepada pintu pagar itu aku tersenyum”
Rumah Kakek Tua Tempat yang memisakan dari bisingnya kota dan tempat yang paling tenang dari semua rumah yang ada, selain itu adalah symbol misterius karena rumah itu tidak nampak dari luar, “Rumah ini,” katanya, “sebagian kecil dari sorga”.
Bengkel Hiruk-pikuk, nafsu, dunia laki-laki, kerja, kesibukan lelaki di dunia dan kesempurnaan laki-laki ketika bekerja disana, “Ayah”, aku bertanya, “kenapa tidak mencari hidup sempurna?” Ayah berhenti. Menatap aku. Ia melihat mataku. “ya”, katanya. “aku mencari itu, buyung”. “di mana dicari, yah?” “dalam kerja.” “ya. Tetapi dimana?” “Dibengkel, tetu”.
Ayah Ambisius, Keras, tegas, kasar, kotor, kerja, dan diktator, “aku mulai segan bertemu dengan Ayah. Seperti ada orang lain dalam rumah bila ayah di rumah. Kehadiran ayah menjadikan aku gelisah. Pasti, ayah akan datang dengan baju gemuk. Kotor, seluruh badan berlumur minyak hitam. Bungkahan-bungkahan badan menonjol. Terasa rumah menjadi bergetar oleh kedatangan Ayah. Kadang kulihat ayah menggosokan tangan kotor itu pada dagu ibu, ibu tersenyum, sementara aku sangat kasihan.”
Kakek Misterius, ketenangan/ketentraman hati , ilmu kese-mpurnaan, dan pengucilan. ”tentu saja akutahu. Kau ank baik, cucu. Karena mata batinku lebih tejam dari mata kepalaku.” Aku mulai tentramduduk di sampignya. Tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan.”
Tangan Tangan untuk mengubah dunia. Simbol kekuasaan untuk merubah dunia dan membuatnya berkembang dan terus berubah sepanjang masa. “engkau mesti bekerja, sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakan besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan, sungai dialirkan. Tanah tandus disuburkan. Mesti, mesti, Buyung. Lihat tanganmu! Ayah meraih tanganku. “untuk apa tangan ini, heh?” aku berpikir sebentar, “untuk apa tangan ini buyung?” tanya ayah mengulang. Kemudian aku menemukan jawaban. “kerja!” kataku.
Bunga Ketenangan,Budi, kesempurnaan, kedamaian, dan keindahan. “Aku punya banyak bunga disini. Hidup harus penuh dengan bunga-bunga. Bunga tumbuh, tidak peduli hiruk-pikuk dunia. Ia mekar. Memberikan kesegaran, keremajaan, keindahan. Hidup adalah bunga-bunga. Aku dan kau salah satu bunga. Kita adalah dua tangkai angkrek. Bunga indah bagi diri sendiri dan yang memandangnya.”

E. Kesimpulan
Berdasarkan judul “dilarang mencintai bunga-bunga” dengan cepat kita bisa menagkap kata “bunga-bunga” yang mana bukan kata “bunga”. Bunga-bunga itu menyimbolkan rumah kakek tua yang di dalam rumahya dan dipekarangnya terdapat bunga-bunga. Sementara itu berlawanan dengan cerita dari awal; diceritakan keluarga Buyung berserta ayah dan ibunya pergi kekota adalah untuk bekerja dan menjadi orang sibuk. Bukan untuk menjadi kakek tua itu yang tinggal dirumah dan duduk termenung dengan bunga-bunga itu. Ayah dan ibunya khawatir kalau Buyung tumbuh dan berkembang menjadi orang yang tidak “berguna”, yang hanya duduk diam dan sehari-harinya menyiram bunga.
Diparagraph selanjutnya hingga sampai akhir cerita pada cerita “dilarang mencintai bunga-bunga” Character Buyung dihadapkan dengan dua pilihan yaitu “ketenangan dengan bunga” atau menjadi “orang sibuk dengan kerja”. Dengan pilihan itu maka munculah symbol-symbol yang digunakan author untuk memperkomplek dua pilihan tersebut. Symbol yang dihadirkan berupa character, benda (bunga) dan alat (tangan); dan kesemuanya itu dijelaskan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Bunga menjadi symbol kedamaian, ketenangan dan kesempurnaan dalam hidup; karena bunga terjauh dari hiruk-pikuk dunia dan nafsu keinginan untuk menguasai dunia. Sedangkan symbol yang centere dan dominan kuat berlawanan dengan bunga adalah bengkel. Symbol bengkel di uraikan menjadi sesuatu yang dapat menjadikan dunia berubah dari masa kemasa. Alasannya bengkel adalah tempat dimana semua pembangunan diseluruh dunia berawal.
Hemat saya pandangan tentang symbol bunga dan bengkel adalah bunga digambarkan menjadi sesuatu yang “statis” sedangkan bengkel disimbolkan menjadi sesuatu yang “dinamis”. Saya berandai-andai bagaimana jika character si kakek tua itu digantikan oleh character lain misalkan diganti dengan karakter Anak muda atau seorang gadis, maka ceritanya tidak menjurus kepada perdebatan antara masalah bunga dan bengkel. Karena saya yakin dari awal cerita sudah dijelaskan bahwa mereka berhijrah dari desa ke kota adalah untuk bekerja dan bekerja. Dan faktanya kakek tua adalah simbol pensiun dan sudah tidak produktif. Jadi tidaklah pantas menurut ayahnya seorang anak kecil banyak bermain dan duduk-duduk dengan seorang kakek, mestinya ia harus sekolah, mengaji dan bekerja untuk mendapatkan kepuasan duniawi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat di simpulan akhir dari tulisan ini adalah bagaimana kita dapat melihat seorang author dalam menjelaskan sebuah pilihan, apakah bekerja atau duduk diam diri di kamar dengan dunia sendiri?. Juga ada kritik sosial kota pula mengisi rentetan cerita “dilarang mencintai bunga-bunga” adalah suasan kota yang bising dan ambisius penuh nafsu. Yang menjadikan para pembaca karya ini sadar bahwa dibalik hiruk-pikuknya dunia ini masih ada ketenangan atau surga kecil, yaitu taman bunga yang menyegarkan dan menenagkan.

F. Daftar Pustaka

- Chadwick, Charles.1971. Symbolism. USA: Metheun
- Dadan Rusmana. 2004. Madzhab dan Pemikiran Semiotika Kontemporer dari Semiotika Struktural hingga Dekontruksi. Bandung: Tazkiya Press
- Frye, Northrop. 1975. Anatomy of Criticism: Four Essays. Princeton, New Jersey: Princeton University Press
- Guth, Hans P. and Gabrielle L. Rico. 1997. Discovering Literature: Stories, Poems, Plays. Englewood Cliffs: Blair Press Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar