SELAMAT DATANG

selamat datang di blog kami semoga anda dapat mendapatkan infomasi yang anda butuhkan, kami senang dapat membantu anda

Kamis, 24 Desember 2009

Analysis Status Sosial Pada Karakter Para Tokoh Dalam Puisi The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer

A. Pendahuluan
The Canterbury Tales ditulis oleh Geoffrey Chaucer pada abad 14 pada masa Ingris pertengahan. Tulisannya ini adalah terobosan baru dalam paradigma sebuah puisi bahwa puisi itu bisa saja pendek atau panjang sampai tebal dengan ratusan halaman. Karyanya ini dibagi kedalam beberapa prolog diantara para tokoh dan dari kesemuanya itu ditarik kesimpulan atau sinopsis atau singkat ceritanya seperti ini:
Pada suatu hari dibulan April, ada suatu kelompok peziarah dari London menuju Canterbury untuk melakukan sebuah pengakuan kepada pusara Orang suci yaitu Thomas Becket di Canterbury Cathedral (sejenis gereja Kristen Katolik). Beberapa Kelompok diuraikan secara detil kedalam berbagai kelas, dari mulai kelas bawah hingga kelas atas, salah satunya adalah Karakter religius, seperti a monk dan Pardoner, berlayar bersama pelaut, tukang giling, tukang kayu, ksatria, dan masih banyak juga yang lainnya. Ketika kelompok peziarah itu berhenti pada suatu malam, The Pilgrims (para pejiarah) mengusulkan supaya diantara mereka menceritakan kisahnya masing-masing. Para peziarah itu setuju menceritakan kisahnya masing-masing kedalam empat bababak kisah, dua di perjalanan ke Canterbury, dan dua di jalan kembali dari Canterbury. Orang yang punya cerita paling bagus, maka akan mendapatkan sebuah jamuan makan dari kedai Tabard dan akan dibayar oleh pejiarah lainnya. Orang yang pertama menceritakan kisahnya adalah The Knight (seorang ksatria), masing-masing cerita, ketika mereka bercerita secara tidak langsung ceritanya mencerminkan posisi sosial mereka, dan ada beberapa cerita yang diceritakan untuk memperolokkan dari kelompok lainnya dari para peziarah tersebut. Pada akhirnya The host menyatakan tidak ada pemenang yang terpilih dalam menceritakan kisah-kisah mereka, hingga akhirnya dari semua kisah yang telah diceritakan ditarik sebuah kesimpulan kedalam sebuah apology
Tokoh yang terdapat dalam sekawanan peziarah ini adalah 28 orang dan para peziarah itu adalah:
1. Narator
2. The Knight
3. Squire
4. Yeoman
5. Prioress
6. Monk
7. Friar
8. Merchant
9. Clerk
10. The Man of Law
11. Franklin
12. Nun's Priest's
13. Haberdasher
14. Carpenter
15. Weaver
16. Dyer
17. Tapestry-Weaver
18. Cook
19. Shipman
20. The Physician
21. Wife of Bath
22. Parson
23. Plowman
24. Miller
25. Manciple
26. Reeve
27. Summoner
28. The Pardoner
29. Host.
B. Ananlysis Karakter
The Knight atau Ksatria
Kesatria ini adalah orang yang paling pertama mengutarakan kisahnya Tuan rumah sangat menghormati ksatria itu, Narator sang pembawa cerita mengingat empat poin penting dari seorang ksatria itu. Yang pertama adalah dia seorang panglima yang idealis, ketepatan, menjungjung tinggi kehormatan, dan kebebasan. Yang kedua adalah Karier Militer ksatria sangat mengesankan. Tokoh ksatria ini pernah berjuang dalam perang salib. Kesatria ini telah berperang dengan orang Islam di Mesir, Spanyol, turky, dan Kristen Ortodok di Lithuania dan Rusia. yang ketiga Narator ingat tentang si kesatria ini dia adalah orang yang lembut hati nya dan gentle. Dan yang keempat adalah dia berpakaian jubah yang dibuat dari kain kasar, dan dimantelnya terdapat tempelan karat, sebab ia baru saja kembali dari suatu ekspedisi.
Interaksi The Knight dengan karakter tokoh lain itu menceritakan kepada kita beberapa fakta tambahan tentang kepribadiannya. Dalam Prologue to the Nun's Priest's, diceritakan disana bahwa ia mndapat bisikan kekacauan dari sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan dan ia tidak mau mendengarkan cerita itu, ini sebuah kenyataan bahwa ia sangat tidak akan menerima jika dia dihadapkan dengan sebuah kenyataan yang terpuruk atau dia jatuh gugur atau kalah dalam peperangan. Ia lebih suka jika mendengar kata “joye and greet solas,” atau dia sangat suka jika kata-kata “selamat” dan keberuntungan selalu menyertai orang-orang yang berjiwa besar dan pekerja keras. The Host menyukai ceritanya The Knight dan ia pun tetap mengatakan kepada peziarah lain untuk barangsiapa yang dapat membuat cerita yang lebih baik dari The Knight maka akan menjadi pemenang dalam perjalanan ini. Interaksi lain the knight adalah ketika The Pardoner bercerita dan The knight tidak suka dengan ceritanya lalu ia memaksa untuk memberhentikan ceritanya hingga saking marahnya ia menyuruh The Host dan The Pardoner supaya berciuman, secara jelas dapat kita lihat karakternya lewat pencitraan sebelumnya bahwa ia adalah seorang kesatria yang romantis dan gentel ternyata musnah setelah ia menunjukan sifat aslinya lewat kejadian yang sangat tidak menyenangkan itu.

The Pardoner
The pardoner bercerita pada akhir Prolog dan ia adalah salah satu karakter yang tersisihkan atau di kesampingkan dalam rombongan peziarah tersebut. Karena propesinya sangat tidak membanggakan; ia menjual sebuah surat pengakuan dosa dan ia menjualnya kepada orang-orang yang berdosa, jika ada orang miskin yang tidak dapat memberikan sumbangan dalam baha lainnya adalah donasi (kata yang digunakan untuk memperhalus kata “membeli”) surat penghapusan dosa tersebut. Maka untuk orang-orang miskin tidak akan dapat menghapus dosanya karena tidak mampuh memberikan donasi atau sumbangan kepada gereja dan hanya orang kayalah yang dapat menghapus dosanya dan masuk surga. Para tokoh lain mereka tidak menyukai dengan surat penebusan dosa, karena kebijakan ini tidak memberikan keadilan kepada semua pihak dan semua amal akan menjadi baik jika memberikan sumbangan kepada Gereja. Dan tersebar isu bahwa banyak para pendeta yang menjual surat penebusan dosa dengan memalsukan tanda tangan pope’s dalam melegalisasi surat penebusan dosa tersebut. Dan secara tidak langsung dari para peziarah itu memandang sinis pada The Pardoner bahwa ia pun adalah salah satu biarawan yang memakan uang haram dari pemalsuan surat penghapusan dosa-dosa mereka.
The Pardoner adalah karakter yang sangat sulit untuk diperya saat ia bercerita ia menyanyikan sebuah balad “Com hider, love, to me!” semakin membingungkan karakter si Pardoner terbeut karena disisi lain the Host melihat dari propesinya si The Pardoner tersebut sulit untuk memberikannya sebuah kepastian apakah seorang lelaki atau wanita karena fakta lain mengatakan bahwa seorang Pardoner pekerjaannya sehari-hari hanya menjual surat penghapusan dosa dan menyetorkan uangnya tersebut kepada gereja untuk dijadikan sebuah relik atau kekayaan yang dapat diinfestasikan dalam tahun-ketahun relik tersebut akan menjadi penyetabil kekayaan gereja. Maksud dari lelaki atau wanita adalah ia tidak memilki orientasi sek apakah tertarik kepada wanita atau dia seorang homo? Dan yang paling parah adalah para peziarah itu menganggap bahwa the pardoner akan bekerja keras membangun karirnya sebagai penjual surat penghapusan dosa hingga ia akan mendapatkan jabatan tinggi dalam gereja dan ia tidak akan susah-susah lagi menjual surat pengakuan dosa ia ganya cukup santai saja duduk-duduk dan tidur-tiduran sambil menerima setoran dari uang hasil penjualan surat penghapusan dosa tersebut. Pada akhir cerita dengan bangga dan congkak ia berdiri ditengah para peziarah itu dan menawarkan sebuah surat penghapusan dosa atas segala kejadian yang akan menimbulkan dosa dari sebauh kecurangan dalam kompetisi yang telah dibuat oleh The Host dan disepakati oleh peziarah lainnya.

The Wife of Bath
Salah satu dari dua wanita yang paling pertama bercerita, dia adalah seorang perempuan yang sangat berpengalaman dalam masalah hubungan sexual. Dia sudah menjelajahi tempat-tempat terkenal di dunia dan Canterbury adalah salah satunya perjalanan tamasyanya. Begitu banyak pulau yang telah ia singgahi dan banyak pula lah suami yang telah ia singgahi dalam ceritanya dia menyebutkan bahwa ia memilki 5 suami. Karakternya mengisyaratkan sebuah cerminan dunia yang bergelimpangan harta, tahta dan sexual. The Wife terlihat cantik dan indah ia mengenakan baju, sepatu, perhiasan, tas jingjing dan semuanya itu terbaru dan sangat mahal.
Kulitnya yang bersih dan halus menandakan bahwa ia sering memanjakan hidupnya dengan berendam atau merawat tubuhnya dengan segala glamoritas Inggris pada masa pertengahan. Dan ada satu fakta lagi bahwa baju itu dilihat dari kualitas jahitannya bukan dilihat dari bahan atau kualitas kainnya. Karena itu para ekportir garment seperti Netherland dan Belgia bersaing ketat dalam bisnis pakaian pada zaman ini.
Walaupun dia pandai berargument dan pembicaraannya enak didengar, the wife pada umumnya atau kenyataanya dia bukanlah seorang yang memilki intelektual tinggi. melalui pengalamannya bersama suami-suaminya dia dapat membangun image dirinya atau memanjakan dirinya dengan semua yang telah suaminya berikan dan ajarkan hingga akhirnya ia dapat membangun dirinya yang mempunyai kebebasan dan kekuasaan. Dengan kelihayan memperdaya suaminya the wife bisa mendapatkan kekuasaan dari suaminya dengan alat tubuh sebagai penawarnya. Intinya biasanya bagi para perempuan masa itu menggunakan tubuhnya untuk memancing lelaki yang berkuasa atau mempunyai power lalu sang lelaki dibuat bertekuk lutut dan memberikan apa yang dimau sama paraperempuan penakluk tersebut termasuk the wife ini.

C. Ananlisis Tema dan Symbol
Tema
Tema dalam canterbury tale ini dapat adalah “cinta dan kedamaian” didiskripsikan kedalam bentuk penenlitian kesusasteraan yang terdapat dalam General Prologue seperti misal dalam general prolognya the knight disana dia menutupi status sosialnya yang rendah dengan menyebutkan ayahnya adalah seorang yang idealis dan cinta damai dan sangat sangat terhormat. Pada masa inggris pertengahan tema percintaan akan segera meledak atau melesat ke pasaran karena tema ini sangat banyak sekali diminati apalagi cinta dengan konsep lain yaitu “Cinta Kedamaian”. Dan banyak para penyair lainnya yang mengangkat temanya cinta ini. Seperti analogy lainnya yang mengatakan bahwa sebuah cerita seperti seorang pembantu yang jatuh cinta pada nyonya, atau sebaliknya dan ada lagi seorang yang jatuh cinta dan memperjuangkan cintanya sampai darah penghabisan. Banyak kisah-kisah yang menceritakan bahwa cinta itu membuat orang akan bertekuk lutut untuk melakukan apapun termasuh cinta juga dapat menghilangkan selera makan, bekerja, belajar dan lain-sebagainya. Walaupun sangat sedikit hidup masyarakat menirukan idealisme cinta itu, motif dan tema ini sangat tersebar luas dan populer di abad pertengahan Inggris seperti Literatur dan kultur mengalami kebangkitan. Karena literatur dan kultur ini adalah sebagai alat kuasa kendali dari raja-raja di dunia.
Simbol
Lambang adalah object, karakter, figur, atau warna yang digunakan untuk menghadirkan gagasan abstrak atau konsep. Cerita Canterbury adalah Springtime pada musim semi atau di bulan April, pada bulan ini angin bertiup dingin, daun berjatuhan dan burung burung bersiul mendayu-dayu, biasanya orang-orang dimusim ini merindukan sesuatu dan bulan april ini biasa digunakan unuk berziarah. Dalam cerita Canterbury tale ini terdapat kombinasi yang kompleks dimana terdapat perjalanan, liburan, dan pembaruan rohani dan banyak motif lainya. Musim semi menandakan kelahiran kembali dan permulaan kehidupan, dengan begitu sesuai dengan permulaan teks Chaucer's yang dimulai dengan kata bulan April. Musim semi juga menampilkan erotisme cinta. Seperti yang dilakukan Emelye dia membuat karangan bunga yang segar dan mengantarkannya untuk Mei, ini pula merupakan bagian simbolisme dari persembahan kehidupan baru untuk bulan Mei.

D. Kesimpulan
Jika dikaitkan dengan cerita-cerita yang mungkin pembaca telah ketahui seperti kisah pada Arabian Night, Atau 1001 malam dan lain sebagainya, yang mana dalam cerita ini terdapat sebuah cerita yang bercerita dalam cerita dan ceritanya banyak sekali banyak cerita tentunya dengan settingan yang berbeda dan tokoh yang banyak sekali bahkan tidak terhitung. Dalam hal ini penulis melihat ada yang dapat ditarik dari puisi cerita yang begitu panjang ini adalah endingnya seperti apa? Dan ternyata dalam puisi The Canterbury Tale ini tidak terdapat ending yang ideal seperti yang diceritakan didalamnya bahwa akan ada dua cerita pada masing-masing penjiarah saat mereka kembali dari Canterbury nyatanya cerita pulang dari tempat ziarah itu tidak ada. Dan dengan terpaksa penulis menyusun rangkuman dari perjalanan ini adalah sebuah perjalanan kehidupan bagi setiap orang dari bebagai golongan dan berbagai tujuan kesuatu tempat yaitu kesegaran dibulan baru, seperti disimbolkan dengan gambaran bulan April bersambung ke bulan mei, athour disini menegaskan kepada pembaca dengan symbol-simbol yang ditebarkan dalam kisahnya yang ditulis dalam puisi yang sangat panjang ini, faktanya adalah Canterbury Tale puisi pengharapan dari semua orang menuju sebuah pengharapan baru dalam dunia atau hari esok yang akan mereka tempuh.
Isu social yang dimunculkan pada karya tulis ini adalah analisa pada bagian karakter-karakter tokoh yang mencerminkan status social mereka baik seorang yang miskin atau hingga paling kaya. Setelah dilihat dan ditinjau kembali ternyata cara masyarakat menilai status social pada masa itu atau mungkin juga pada masa ini, dapat dilihat dari cara berpakaian, berbicara, jenis kulit dan potongan rambut. Buktinya dengan mantel dan baju yang kasar milki The Knight menunjukan bahwa karakter social seorang militer adalah kaku dan kasar. Lalu seorang Wife yang mengisahkan dan menampilkan glamoritasnya ternyata itu hanyalah topeng semata demi menutupi kelemahan intelektualnya saja, karena dengan penampilan yang sangat sungguh meyakinkan, orang beranggapan bahwa pemikiran-pendapatnya dapat didengar dan dipercaya. Walaupun pada kenyataanya semua itu palsu.
Sebuah kritik yang sangat pedas pula Chaucer layangkan untuk para pemukia agama yaitu dengan menampilkan tokoh Pardoner dimana disana dia adalah seorang tokoh yang paling dimarginalkan karena dengan alasan yang pasti yaiyu dia adalah seorang penjual surat penebus dosa. Dan dalam halini penulis mencurigai atau menerka bahwa Chaucer adalah salah satu dari sedemikian critikus sastra yang tidak setuju tentang surat penghapusan dosa. Dan yang paling pedas lagi dari kritiknya itu dengan status social yang dimunculkan maka ada beberapa komunitas social yang tidak setuju dengan alasan ketidak mampuan secara finansial dalam hal memberikan donasi atau sumbangan kepada gereja. Dan inilah landasan utama seorang Chaucer untuk membukakan aib greja yang korup.
Dari Canterbury tale ini pun Chaucer memberikan pesan keagamaan kepada pembaca bahwa serumit dan sekomplek apapun manusia tetap harus kembali kepada tuhan dan menghindari dari paham paganisme moderen, seperti halnya orang yang menyembah hartanya , dan tahtanya. Dalam babak ini Chaucer mengisyaratkan dengan bulan-bulan yang subur dan dengan gambaran yang baru mengenai symbol politik uang di gereja yang merupakan protes social bagi gereja saat itu dan dengan adanya kisah ini mungkin Chauser mengajak semua pihak untuk menarik kembali perjalan mereka dari awal hingga akhir atau Flash back napak tilas dari perjalan hidup kita.

2 komentar:

  1. Assalamualaikum sya wery dari makassar, keberadaan sya akan mengkaji karya sastra ini sebagai skripsi sya. Apakah sya bisa berdiskusi atau pun bertukar pikiran mengenai karya ini, yg tentunya hal tersebut akan memberikan sya referensi yg banyak untuk menyusun skripsi sya

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum sya wery dari makassar, keberadaan sya akan mengkaji karya sastra ini sebagai skripsi sya. Apakah sya bisa berdiskusi atau pun bertukar pikiran mengenai karya ini, yg tentunya hal tersebut akan memberikan sya referensi yg banyak untuk menyusun skripsi sya

    BalasHapus