SELAMAT DATANG

selamat datang di blog kami semoga anda dapat mendapatkan infomasi yang anda butuhkan, kami senang dapat membantu anda

Kamis, 24 Desember 2009

Pengaruh Dari Efek Penjajahan Dalam Novel Midnight’s Children Analisis Dari Tokoh Saleem Sinai In Salman Rushdie

Pendahuluan
Novel Midnight’s Children terdiri dari tiga bagian yaitu buku satu berisikan tentang delapan sesi yang mana menceritakan keluarga Saleem Sinai. Buku kedua adalah berisikan tentang 50 sesi yang dielaborasikan proses periode usia yang merepresentasikan Saleem ke dalam Midnight’s Children. Sedangkan buku ke tiga adalah berisikan tentang tujuh sesi yang mana menceritakan kehidupan Saleem Sinai.
Selanjutnya Sinai dalam novel ini menggambarkan karakter yang simple, ini dapat dilihat dari representasi moral yang mana menawarkan kepada pembaca dua pilihan anatara setuju atau tidak jelasnya terdapat kontra diksi dalam novel ini.
Karakter dalam Novel Midnight’s Children, bukan hanya merepsentasikan masing-masing tokoh saja akan tetapi menggambarkan pula seting atau situasi negara atau pulau India. Seperti yang kita ketahui negara India adalah negara yang tumbuh dan berkembang dari cultur penjajahan. Dalam langkahnya Rushdie membuat cerita dalam novel ini dalam bentuk narasi kolonial dan karakter-karakter yang ditampilkan adalah carakter yang dibuat atau dibangun atas dasar cultur penjaajahan yang ada.
Sementara itu penulis melihat dari hasil baca novel Midnight’s Children menemukan salem Sinai adalah tokoh yang memilki karakter sentral.

Rumusan Masalah
- Bagaimana penggambaran karakter Saleem Sinai dalam novel Midnight’s Children karya Salman Rushdie?
- Apa efek dari penjajahan terhadap kehidupan Saleem Sinai dalam novel Midnight’s Children karya Salman Rushdie?

Pembahasan
1. Landasan Teori
Dalam membahas penjajahan atau post-colonialisme hususnya dalam kajian sastra adalah melalui pendekatan post-strukturalisme. Pendekatan ini adalah mendeskonstruksikan tentang consep oposisi barat dan timur. Seperti dikatan oleh Peck and Coyle (2001:14) the aim of post-colonialist approach is to undo the binary opposition, emphasizing, the plurality of differences between Western and Eastern culture rather than its difference in fixed oppotion.
Kritik sastra dalam ranah kolonialism adalah sebuah pengkajian tentang situasi konflik yang menggambarkan kekuasaan imperial yang memaksakan dan terinterpretasi kedalam karya sastra yang bergender post-colonial word. Mengenai hal itu Booker (1996:151) mengatakan bahwa “Post-colonialist approach is related so much to the struggle of literally cannon concept and literally interpretation from which have traditional characteristics. It demonstrated historical canon complicity and literary studies in racism imperealism and general in world.
Dalam kajian ini, teori tentang post-kolonialisme adalah menguak diskusi tentang macam-macah permasalahan seperti perbudakan, imigrasi, supermasi hokum, perbedaan, ras, dan kepentingan sejarah eropa, philosophy dan bahasam ini itu semua dimaksudkan untuk memperluas materi kritik colonialisme dalam hubungannya dan dalam kajiannya.
2. Sekelumit tentang Salman Rushdie
Salman Rushdie lahir di Bombay (Mubai), di negara India pada tahun 1947. dia belajar di Cambridge University. Sebelumnya dia telah menulsikan karyanya seperti, Grimus, The Jaguar Smile, dan buku anaknya Haroun and the Sea of Stories. Dia termasuk kedalam sastrawan Inggris yang berasal dari India karena salah satu karyanya yaitu The Satanic Verse, sebuah karya kontrversial yang mana telah menimbulkan kemarahan yang amat sangat dari Negara-negara Islam.
Pada tahun 1995, karya karya Rushdie seperti cerita-cerita pendek Eas west and The Moor’s Last Sigh, diterbitkan di India dan dia adalah salah satu sastrawan India yang memilki ide brilliant yang mana dapat mencapur baurkan sebuah etnik kedalam sebuah karya sastra. Dan inilah yang menjadikan ia beserta Istri, dan anaknya menetap tinggal di New York.
Pada tahun 1980, Rushdie menerbitkan karyanya Midnight’s Children yang mana karyanya in mengangkat ia menjadi salah satu sastrawan Inggris, dari karyanya tersebut adalah terobosan baru tentang interpretasi realitas kedalam imaginasi magis magis realistis. Terlepas dari itu semua yang melatar belakangi karya tersebut baik itu karena efek dari pengalamannya dan keluarganya juga antara Pakistan dan India juga tentang imigrasinya ata kepindahannya ke Inggris.
3. Efek Colonialisme dalam karakter Saleem Sinai di Novel Midnight’s Children
Colonialisme atau penjajahan tumbuh berkembang sesuai dengan perkembangan cultur yang ada khususnya pengemukaan tentang rethotik dan euphoria dari kemerdekaan bebas ber imaginasi. Inilah yang melandasi saleem Sinai menjadi tokoh Protagonis dalam Novelnya Salman Rushdie, jadi dalam pnggambarannya terdapat nsebuah mistikal charakteristik.
Pembaca dapat melihat bahwa kelahiran Saleem sama dengan momen penting kebangkitan bangsa India yaitu 14 Agustus 1947. dalam novelnya “for the next there decade, there was to be no escape. Soothsayer had propheisied me, newspaper celebrated my arrival, political relatified my authenticity” (Rushdie, 1981:3)
Untuk menjadikan pandangan terhadap India secara subjektiv, dalam novel ini India telah melakukan sebuah pilihan untuk lebih terbuka terhadap pihak manapun atau lebih menjadi kharakter yang bebas. Seperti yang di ceritakan oleh Saleem hayalannya tentang sebuah negara. Di dalam novel ini Saleem adalah bagian dari element masyarakat India yang yang secara tidak langsung akan terimplementasi kedalam keadaan ideologinya tercampur dengan colonialism. Dalam hal ini pula Salem menggambarkan tentang India bagaimana, dan seperti apa atas imaginasinya “control; I must retain control as long as possible: (Rushdie 1981:461). Dan Salem sangat menyadari bahwa penjajahan dimuka bumi ini adalah harus dihapuskan, “I must work fast, faster than Schecherazade, if I’m to end up meaning – yes, meaning something. I admit it: above all things, I fear absurdity: (Rusdy, 1981:41). Sampai pada beberapa batasan tentang makna semantic, para pneliti mengemukakan bahwa Saleem Sinai ingin mendeklarasikan smangat kemerdekaan India seperti dikatakan pula oleh Nehru dlam novel tersebut ungkapnya seperti berikut: “a moment comes, which comes but realy in history, when we step out from the old to the new, when an agent ends; and when the soul of a nation long suppressed utterance” (Rushdie, 1982:116)

Kesimpulan
Karakter dari Saleem Sinai yang dibentuk oleh Salman Rushdie seperti merepresentasikan dari orang-orang India yang mana selalu menggambarkan India pada masa permulaan negara itu di deklarasikan. Saleem sebagai main character sekaligus narrator dalam novel ini ingin seperti apa yang di imaginasikannya. Semuanya berawal dari tentang gidupnya yang mana pada akhirnya ingin memaknai India itu sendiri. Terlepas dari iru Salem sadar atau tidak bahwa persepsinya tentang pengrobanan kepada India adalah hal besar bagi orang lain atau bahkan it bukan apa-apa. Saleem menularkan banyak manifestasi kepada India tentang arti kemasnusiaan dan dia menyangkutpautkan hidupnya selalu dengan sejarah India. Seperti halnya tentang kemerdekaan bangsa India dan hubungannya dengan negara-negara tetangganya missal, Bangladesh dan Pakistan. Dan Saleem kemungkinan menyadari bahwa ketertarikannya pada persepsi India menurut imaginasinya itu akan memberikan dampak bagi yang lainnya.
Effect dari penjajahan yang merepresentasikan karakter Saleem adalah menjadikan Salem menjadi tokoh yang anti akan penjajahan dan mengharapkan kehidupan baru atau era baru ditegakkan. Maka dari itu dengan judul Midnight’s Children ia dapat mendeskripsikan sebuah impian anak-anak India atau generasi India yang menginginkan perubahan yang besar terjadi di India.

Daftar Pustaka
Rushdie, Salman. 1982. Midnight Children. Picador. Great Britain.
Peck, John & Coyle, Martin. 1993. Literary Term and Critism. Macmillan. London
Booker, M.K. 1996. A Particical Introdustion to Literary Theory and Critism.
Longman. London.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar