SELAMAT DATANG

selamat datang di blog kami semoga anda dapat mendapatkan infomasi yang anda butuhkan, kami senang dapat membantu anda

Kamis, 24 Desember 2009

ANALSIS SYMBOL DALAM KARAKTER BAPAK ARDAN, DALAM FILM KUN FAYAKUN KARYA YUSUF MANSUR

1. Latar Belakang Masalah
Gebrakan ilmu lambang kebahasaan terlihat jelas ketika seorang tokoh bernama Levi-Strauss yang memaparkan bagaimana tanda-tanda dari suatu sistem bahasa yang dibahas secara budaya. Kultur-kultur, seperti bahasa-bahasa, dapat dipandang sebagai sistem dari tanda-tanda yang diteliti dalam kaitan dengan menggunakan istilah hubungan-hubungan yang struktural antar unsur-unsur mereka. Muncullah gerakan Central binary oppositions yang mengungkapkan tentang logika yang tak sadar atau tata bahasa dari suatu sistim pandang teks-teks sebagai sistem dari tanda-tanda yang saling berhubungan dan mencari untuk membuat logika eksplisit mereka yang yang tersembunyi dengan tokoh-tokohnya: Foucault, Lacan, Barthes dengan bidang-bidang dari studi: semiotik & narratology. Pun begitu dalam bahasa seperti yang dikatakan oleh Wardaugh dalam Alwasilah tentang bahasa adalah sebuah lambang “System of arbitrary vocal symbol used for human communication” (Wardhaugh in Alwasilah, 1973:2)
Dari kemajuan bidang analisis tata bahasa inilah suatu kajian terhadap film pun mulai berkembang dengan menggunakan analisis semiotik yaitu tanda-tanda yang digunakan atau analisis secara narratology, mengungkap makna narasi di balik teks dan percakapan suatu pertunjukan yang lebih sering silakukan pada suatu teater. Perkembangan suatu narrative dan semiotik analisi mabawa hawa segar di dalam dunia ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan mengangkat suatu cara berpikir, suatu cara pengawasandian dan mengerti, di dalam film dan teater. Seperti yang dikatakan ilesh Fiske mempresentasikan suatu realita yang terjadi karena menurut fiske representasi ini merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi atau kombinasinya (Fiske, 2004:282).
Dalam analisis film Kun Fayakun ini penulis mengangkat sebuah symbol yang terdapat dalam karakter tokoh Bapak Ardan. Ardan orang yang sangat bertanggug jawab terhadap keluarganya hingga ia sangat paranoid sekali jika anak-anaknya akan kelaparan hingga pada suatu saat ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Kekuatan dalam film ini adalah cerita cinta moral dan religious.
Setting film ini adalah berangkat dari sebuah rumah yang sangat sederhana dan di sebuah perkampungan di tengah kota Jakarta. Rumah berlantaikan tanah, didepan rumah sebuah bengkel figura cermin, bentuk rumahnya kecil dan sederhana terbuat dari kayu dengan satu kamar dan ranjang dua tingkat untuk anak-anak, semuanya sempit dan kumuh.
Film ini sebagai gambaran bahwasanya masih banyak keluarga-keluarga miskin di Indonesia yang mungkin kondisi ekonominya hampir sama yaitu memperhatinkan. Akan tetapi dengan film ini meyakinkan kepada setiap orang bahwa kesusahan itu tdak selalu harus diakhiri dengan kesedihan akan tetapi jika kita punya semangat dan ketabahan maka niscaya sedikit banyaknya pasti akan ada jalan unuk menuju kebahagiaan.
Film ini adalah film dakwah dengan penggambaran kehidupan sehari-hari yang menjadikan gambaran nyata dalam kehidupan sehari-hari yang tidak susah dicernanya oleh halayak.Proses persiapan film ini hanya dua minggu untuk sebuah layar lebar dan ini mungkin hanya terjadi di Indonesia. Hal yang membuat dalam pembuatan film religious yaitu tim produksi yaitu ingin membuat trendsetter tersendiri buat perfilman Indonesia ditengah-tengah perfileman yang menyajikan tema horror dan percintaan.
Menurut H. Ysusuf Mansur (Prosuder dan pengarang scenario film Kun Fayakun) mengatakan bahwa film ini sebenarnya controversial, karena film layar lebar itu ditonton di bioskop sementara kenyataannya bioskop adalah tempat yang memilki citra negativ tetapi H. Yusuf Mansur menegaskan bahwa niatnya ini adalah baik dan ia berharap bahwa film ini akan memberikan dampak fositip bagi setiap orang yang menontonnya.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakter dominan dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam film Kun fayakun?
2. Bagaimana Penyimbolan dalam karakter dalam tokoh Bapak Ardan di film Kun fayakun?
3. Manfaat apakah yang dapat diambil dari symbol dalam film Kun fayakun?

3. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakter-karakter yang terdapat dalam tokoh film Kun Fayakun
2. Mengetahui adengan dan karakter yang menunjukan symbol perjuangan seorang ayah?
3. Mengetahui manfaat dari pencitraan dari sebuah adegan film yang mengajarkan kepada penulis tentang sebuah nilai symbol perjuangan kehidupan?
4. Secara praktis penelitian ini, diharapkan dapat mencurahkan ilmu yang telah didapat oleh penulis selama mempelajari ilmu lambang dari mata kuliah Semiotika.

4. Kerangka Pemikiran
Teori semiotika yang dipakai adalah kode-kode televisi oleh Jonh Fiske. Kode-kode televisi yang digunakan adalah dialoque (dialog), behaviour (perilaku), setting (latar) dan appearance (penampilan). Menurut John Fiske (1987:4), dalam kode-kode televisi terdapat tiga macam level yaitu:
1. Level Realitas yang meliputi appearance (penampilan), costume (kostum), make-up (riasan), environment (lingkungan), behaviour (perilaku), speech (cara berbicara), gesture (gerakan) dan exspression (ekspresi).
2. Level Representasi yang meliputi camera (kamera), lightning (pencahayaan), music (musik) dan sound (suara).
3. Level Ideologi yang meliputi narrative (naratif), conflict (konflik), character (karakter), dialoque (dialog), setting (latar), casting (pemeran).

5. Data Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil data dari sebuah film Indonesia yang berjudul Kun Fayakun dalam bentuk VCD yang di prosuksi oleh PT. Navirindo Duta Video Visual Tahun 2008 di sudatradarai oleh Guntur Novaris, yang mana film ini bercerita tentang kekuatan terhadap sebuah kepercayaan atas rahasia dibalik Kasih sayang Tuhan.

5. Metode
Metode yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian mengenai representasi symbol dalam karakter Bapak Ardan adalah metode semiotika, yaitu suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencapai jalan di dunia ini (Sobur, 2004, p.15). Teori semiotika yang dipakai adalah kode-kode televisi oleh Jonh Fiske.
Kode-kode televisi yang digunakan adalah dialoque (dialog), behaviour (perilaku), setting (latar) dan appearance (penampilan). Dikarenakan, peneliti merasa bahwa unit analisis tersebut dapat membaca symbol perjuanagan dalam pengkarakteran dari tokoh Ayah atau Bapak Ardan. Selain itu metode ini dirasa paling cocok digunakan dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini akan lebih banyak melakukan pengamatan dan analisis terhadap tanda-tanda dan kode-kode dalam semiotika dapat menganalisis moving image (gambar gerak), dan film Kun Fayakun termasuk dalam moving image.



BAB II
PEMBAHASAN

1. Sinopsis
Alkisah sebuah keluarga miskin tinggal di sebuah perkampungan di tengah kota Jakarta. Dalam keluarga tersebut terdiri dari Suami istri dan dua anak laki-laki, yaitu Bapak Ardan dan Ibu Ardan dan dua anaknya yaitu Iwan dan Anang. Mereka tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari kayu, berlantaikan tanah, sangat sederhana, kecil, dan kumuh. Pak Ardan sebagai kepala rumah tangga dia bekerja setiap hari sebagai penjual cermin dan bingkai di menjualnya berkeliling bersama grobak yang sudah usang. Dia sangat mencintai keluarganya dan pak Ardan adalah cerminan bapak-napak di dunia yang mana ia tidak ingin keluarganya tidak bisa makan. Maka ia pergi setiap hari dari subuh hingga sore hari ia lakukan demi untuk memperjuangkan keluargnya. Tahun ini bagi keluarga pak Ardan adalah tahun yang sulit karena beberapa bulan dagangan cerminnya kurang laku dan ini menjadikan kondisi keluarganya terpuruk dan serba kekurangan, akan tetapi keluarga pak Ardan tidak suka menghutang walau ditengah himpitan ekonomi yang mencekik. Ibu Ardan adalah seorang ibu rumah tangga yang bersahaja dia sangat mencintai anak-anaknya dia mendidik anak-anaknya supaya rajin dan bersabar serta tetap berdoa kepada Allah. Suatu hari kondisi keluarga pak Ardan sangat terpuruk dimana sudah tidak ada lagi makanan dan uang untuk di belikan makanan. Pak Ardan dan ibu ardan merasa tertekan tetapi mereka meyakini bahwa pertolongan Allah akan datang jika mereka bersungguh-sungguh beribadah dan berdoa kepadanya. Pak Ardan berdoa kepada Allah agar esok harinya ia dapat menjual satu cermin saja walau hanya tidak ada labanya yang penting kembali modal, dengan khusu dan deraian airmata ia meminta kepada Allah.
Esok harinya seperti biasa pak Ardan berangkat subuh bersama grobaknya keliling kampung. Sementara itu bu Ardan sedang di dapur lalu beberapa tetangganya mengajak ia ikut belanja bersamama kepasar, tapi ibu Ardan mengatakan bahwa ia belum bisa kepasar karna ia harus menunggu suaminya dulu pulang. Tetanganya pun merasa iba karena mereka tahu bahwa bu Ardan tidak ikut kepasar pasti karena ia tidak punya uang. Lalu tetanganya itu pun menawarkan bantuan kepada bu ardan dengan memberikan uang pinjaman untuk belanja hari ini, tapi bu Ardan selalu ingat pesan pak Ardan bahwa ia tidak boleh meminjam uang kepada siapapun, “tunggu Bapak sampai pulang” karena pak Ardan yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya yaitu dapat menjual satu cermin saja. Saat itu anaknya pak Ardan yaitu Iwan secara diam-diam ia mendengarkan percakapan ibunya dengan tetangganya itu, dan dengan cepat ia berangkat ke musholla yang sangat jauh dari rumahnya, wlau pun dicegah oleh ibunya tapi Iwan tetap memaksakan untuk pergi kesana dengan alasan biar di moshola sana ia dapat berdoa dengan khusu. Lalu berangkatlah ia kemushola itu dan bertemu dengan pak Bramesto yang kehilangan sendal dan payungnnya lalu Iwan dengan suka rela meminjamkan payung dan sendalnya, sebagai imbalannya iwan diberikan uang 200 ribu oleh pak Bram, iwan tidak percaya dengan kejadian ini tapi dia bersyukur bahwa doanya langsung kontan dibalas oleh Allah. Lanjut cerita pak Ardan dengan gerobaknya dia berkeliling dari pagi sampai sore waktu itu dia sedang berpuasa karena memang di rumahnya tidak ada makanan untuk dimakan.
Sampai sore tiba pak Ardan disela lelahnya tiba-tiba ada ibu-ibu yang mau memberli kacanya. Pak Ardan gembira dan bersemangat kembali tawar-menar pun berjalan dan harga sudah disepakati tetapi kaca itu tiba-tiba pecah karena lemparan batu dari anak SMA yang sedang tawuran. Pembeli kaca itu pun lari dan pak Ardan seketika marah sekali ia masuk kedalam kerumunan anak-anak yang sedang berkelahi dan memukuli anak-anak yang sedang tawuran itu. Pak Ardan terkulai lemah dan pingsan dia stress karena dagangannya hancur sementara ia belum punya uang. Ia sangat terpuruk dengan keadaan seperti ini dia tidak punya uang sepeser pun untuk dibawa ke rumah padahal anak-anaknya di rumah mereka menunggu dengan perut yang lapar. Pak Ardan ditolong oleh orang-orang yang ada di moshola dan dia dirawat oleh mereka ditawari makanan dan minum tapi pak Ardan menolak karena ia sedang puasa, lalu orang-orang yang menolongnnya itu mengatakan bahwa puasannya itu tidak tepat ditengah-tengah fisiknya yang lemah dan buruk. Akhirnya ia mau berbuka puasa dan ketika ia akan memasukan makanannya ke mulutnya ia ingat istri dan anaknya yang sedang meronta kelaparan, tiba tiba pak Ardan mengurungkan niatnya untuk memakan makanan itu. Lalu dia berkata dalam hatinya bahwasanya menolak rizki itu tidak baik hukumnya. Sambil menangis ia memakan makanan itu dan sewaktu pulang pak Ardan diberi uang untuk ongkos oleh orang yang dimushola dia diberi hanya 5000 tapi itu rizki katanya jangan ditolak.
Hujan begitu lebat dan pak Ardan tetap harus pulang ke rumah karena ia ingat istri dan anaknya sedang menunggu di rumah dengan perut lapar. Uang 5000 itu pun digenggamnya melewati hujan yang deras dan dingin tetap ia harus memberikan uang sedikit itu kepada istrinya untuk dibelanjakan makanan. Ditengah kondisi fisiknya yang sangat lemah ia terus berjalan dan sekali-kali ia berlari menuju rumahnya itu. Setelah sampai dirumah pak ardan mendapati istrinya sedang memasak makanan di dapur padahal ia tahu bahwa dirumah sudah tidak ada yang bisa dimakan. Pak ardan marah, karena dia kira istrinya meminjam uang kepada tetangga tetapi bu Ardan dan anaknya coba menjelaskan bahwa Iwan tadi sore dia dapat uang dari seseorang yang kehilangan payung dan sendalnya. Setelah itu pak Ardan merasa lega dan semakin percaya bahwa Tuhan akan memberikan rizkinya kepada siapapun yang bersungguh-sungguh, rizki itu datang dari jalan manapun atau jalan yang tidak disangka-sangka.
Hari berikutnya anak bungsu pak Ardan ia main bersama teman-temannya nonton balapan liar pada malam hari dan ketika itu Polisi datang untuk membubarkan balapan liar tersebut lalu mereka lari berhamburan meloloskan diri dari kejaran Polisi, tanpa diduga Anang ditabrak oleh salah satu dari pembalap motor itu dan dia harus masuk kerumah sakit untuk berobat. Lalu setelah diberitahu ibu Ardan segera pergi kerumah sakit untuk melihat kondisi anaknya dirumah sakit dia marah sekali karena ibu Ardan bingung harus membayar biaya pengobatan si Anang. Ditengah kebingungan itu lalu datang Bramesto yang mana lain adalah ayah dari anak yang menabrak Anang dan dalam kesempatan itu bu Ardan dan pak Bram bertemu. Ibu Ardan sangat marah karena pa Bram adalah masa lalu bu Ardan, pak Bram pernah melama bu Ardan dan meninggalkannya untuk menikah dengan perempuan lain. Bu Ardan sangat marah tapi pak Bram berjanji dia akan bertanggung jawab atas semuanya dan ia meminta maaf kepada bu Ardan atas masa lalunya yang telah mendzalimi bu Ardan. Konflik keluarga pun dimulai lagi ketika pak Ardan meyakinkan bahwa bu Ardan harus bisa memafkan pak Bram karena dendam itu tidak baik jika dipendam hingga ajal menjelang, walaupun kerasnya hati bu Ardan tetapi luluh juga kahirnya.
Setelah Anang sembuh dan anaknya pak Bram pun sembuh pak Ardan datang atas undangan pak Bram ke reumahnya. Dan saat itu pak bram memberikan uang ganti rugi dan uang simpati serta ia meminta maaf atas semua kejadian yang tidak mengenakan tersebut. Pak Ardan tidak mau menerima uang tersebut karena ia rasa terlalu besar dan berlebihan. Lalu pak Ardan mau menerima uang tersebut dengan catatan, uiang itu bukan uang simpati atau shadakaoh tapi uang itu dijakan uang investasi untuk bisnis kaca yang nanti akan dibangun dengan modal uang tersebut. Setelah mengetahui niat pak Ardan tersebut pak Bram memposisikan diantara mereka menjadi patner bisnis di bidang kaca dan akhirnya mereka sepakat untuk membuat toko kaca yang cukup besar ditengah kota dan dalam waktu tiga tahun akhirnya pak Ardan dapat keluar dari lilitan kemiskinan dan kesedihan hingga akhirnya keluarga pak ardan berakhir menjadi keluarga yang berkecukupan dan bahagia.

2. Karakter Tokoh Dominan dalam Film Kun Fayakun

a. Pak Ardan
Pak Ardan adalah seorang pedagang kaca cermin dan figura keliling beserta gerobak ia menjual kaca-kaca itu menelusuri jalan-jalan di kota Jakarta. Pak Ardan orang yang sangat bertanggug jawab terhadap keluarganya hingga ia sangat paranoid jika anak-anaknya akan kelaparan. Hingga pada suatu saat ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT Satu cita-cita pak Ardan dengan usahanya ini adalah ia bisa memilki toko kaca yang punya modal cukup, jadi ia ngak usah lagi susah-susah membawa kacanya keliling kesana kemari.

b. Ibu Ardan
Istrinya pak Ardan adalah ibu Ardan adalah sosok ibu rumah tangga yang sabar dan taat terhadap suami pekerjaannya adalah mengurusi suami dan anak-anaknya dirumah dengan memasak dan mencuci pakaian untuk mereka. Satu keadaan yang sulit untuk ibu Ardan untuk menyediakan makanan ditengah-tengah keterbatasan ekonomi mereka hingga ia sering berpuasa dan satu hal yang membuktikan betapa besar cintanya sebagai sosok seorang ibu bahwa ia tidak mementingkan dirinya, ia selalu mengutamakan anak-anaknya, seperti jika ia menyediakan makanan maka alas pertama adalah untuk anak-anaknya, jika nasi sudah dialas untuk anak-anaknya lalu tidak ada alas untuknya ia tidak rewel atau mengeluh ia akan memunguti nasi itu dari sangku tempat nasi itu dengan sabar dan ikhlas.

c. Iwan
Iwan adalah nak pertama dari pasangan pak Ardan dan Ibu Ardan ia anak yang penurut dan rajin. Iwan sangat mencintai orang tuanya dan ia adalah saksi kesedihan ibunya ia sering melihat dan merasakan betapa susahnya keluarganya melawan himpitan ekonomi, akan tetapi ia sadar bahwa ia tidak boleh berpangku tangan membiarkan kesedihan ibu dan bapaknya berkepanjangan ia rajin beribadah dan berdoa untuk kebaikan ibu dan bapaknya.

d. Anang
Anang adalah anak kedua atau bungsu dari keluarga Pak Ardan, ia anak yang nakal dan sedikit bandel suka main dan nonton tv di rumah tetangga dan sekali-kali ia sering makan dirumah tetangga. Orang tua dan kaknya selalu menasihatinya agar tidak sering main dirumah tetangga dan rajin beribadah dan berdoa kepada Allah, Anang sulit sekali disuruh salat, untuk salat saja dia harus dibujuk dan di iming-imingi sesatu. Tapi pada akhirnya ia pun mau rajin shalat dan berdoa setelah tahu cerita kakaknya yang mendapatkan uang 200 ribu setelah ia berdoa dimesjid.

c. Bramesto
Baramesto atau disapa Pak Bram adalah seorang laki-laki yang kaya raya dia adalah masa lalu dari Ibu Ardan karna dahulu dia pernah melamar bu Ardan akan tetapi Brame pergi meninggalkan Ibu ardan memilih mengawini perempuan lain. Dalam cerita ini pak Bram bertobat dan mencari orang-orang yang pernah di dzaliminya untuk meminta maaf. Dalam film ini pak Bramesto menjadi penolong ntuk keluarga pak ardan sekalipun ia dibenci oleh ibu Ardan. Ia memberikan uang kepada Iwan karena ia telah dipinjamkan payung dan sendal butut oleh iwan dan bram memberikan imbalan uang yang sangat besar kepada iwan.
Dalam adegan lain anaknya Bram menabrak Anang dengan sepeda motor dan anaknya beserta Anang harus dirawat dirumah sakit, pak Bram bertindak sebagai orang tua yang bertanggung jawab ia memperlakukan penabrak (anaknya) dan yang ditabrak (Anang) sama diperlakukan dengan baik mereka ditempatkan di ruangan VIP dan karena kejadian inilah pak Bram dan pak Ardan bertemu dan menjadi rekanan Bisnis yang pada akhirnya pak Ardan mendapatkan Modal yang cukup dari pak Bram dan pak Ardan dapat mewujudkan cita-citanya.

3. Analisis Symbol dalam Karakter Bapak Ardan
Dalam hal ini kajian sastra melalui film adalah hubungan yang saling keterikatan antara film dan kehidupan nyata, atau kata lainnya adegan dan karakter dalam film sebagai signifier dan kehidupan nyata adalah signified. Dimana dari penanda dan yang ditandakan adalah sama-sama logis dan nyata seperti realitas kehidupan bermasyarakat. Pun dikatakan oleh Nyoman Kutha Ratna (2007 : 334) Hubungan karya sastra dengan msyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki.
Dalam pengganmbaran symbol yang terdapat dalam karakter Bapak Ardan yaitu penggambaran sisi psikologisnya atau tinjauan dari psikologis kepribadian yang menjadikan alat deteksi symbol yang terdapat dalam karakter tokoh. Seperti dikatakan Dennis dan Issac (2005: 92) sebagaian besar teori-teori kepribadian mencoba menyediakan psikologi umum yang komprehensif dan menyatu tentang motivasi, perkembangan, perbedaan individu, pnyakit psikologi, dan kesehatan mental, termasuk pembahasan atas fenomena yang lebih husus seperti mimpi, kreativitas, agresivitas, atau konformitas sosial. Pencitraan dari tokoh ini akan menunjukan kepada kita tentang sebuah gambaran pesan yang disimbolkan dari individu tersebut terhadap pesan moral dan sosial.
Selanjutnya, penulis meneliti sebuah pesan-pesan yang terdapat dalam pengkarakteran seorang tokoh sentra dari ceria film ini menjadi beberapa uraian symbol. Dibawah ini adalah kaitan tokoh dengan symbol-simbol yang terdapat dalam adegan dan pengkarakteran Bapak Ardan dalam Film Kun Fayakun:

a. Symbol Pemimpin
Dalam film Kun Fayakun di salah satu percakapan antara Bu Ardan dan Pak Ardan terdapat Simbol kepemimpinan seorang ayah yang memimpin sekaligus memberikan jaminan atas kepemimpinannya. Seperti dalam kamus online kata pemimpin adalah One who, or that which, leads or conducts; a guide;a team, especially in organzation and many else. Pemimpin adalah salah seorang yang mencondisikan timnya baik itu organisasi atas banyak hal lainnya. di cerita film ini pak Ardan meyakinkan Istrinya supaya ia mempercayai Tuhan melalui kerjakerasnya, dan dia menghendaki tidak meminta bantuan kepada siapapun kecuali kepada Allah.
Adegan Percakapan Ibu Ardan dan Pak Ardan
Bu Ardan : Eu… ehm. Ibu … ibu sudah ngak punya apa-apa lagi untuk besok pak? Kalau bapak ngijinin, ibu mau pinjem uang ke tetangga ibu harun sih udah sering nawarin. Kalu kita perlu uang. Dia tahu keadaan kita pak.. ya… kalau.. ini sih kalau bapak ngerasa yakin kalau besok bapak bias ngejual kaca… besok pagi ibu mau pinjem uang sama bu harun. Untuk belanja. Isnsya allah kalau sore bapak pulang ibu bias kembalikan uangnya ya pak yah?
Pak Ardan: Jangan bu. Sebelum kita minjem uang sama tetangga, sebelum minta tolong kepada sesame manusia, kita minta tolong dulu sama Allah. Untuk sarapan anak-anak besok, ka nada. Yang jadi masalah kan makan siang artinya kita belum kepepet-kepepet banget untuk minjem uang. Dan kita masih punya waktu untuk ikhtiar dari pagi hingga siang. Nanti malem bapak mau sholat tahajud, bapak mau memohon kepada Allah semoga bias kejual kaca, kejual kaca yang ini aja! Ini nih… ni.. ini doing! Sampai ada yang nawar cukup balik mudal aja bapak lepas ini kaca. Bahkan kalau ada yang nawar 25 ribu bapak lepas. Nah bpak dapat duit, bapak langsung pulang kerumah langsung bapak kasih duitnya ke ibu. Ibu langsung belanja.
Bu Ardan : Yah… ibu sih ikut gimana bapak aja deh.
Pendapat lain tentang kepemimpinan dikemukakan pula oleh seorang filosofi besar Lao Tsu mengemukakan bahwa seorang pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang tidak disadari keberadaannya oleh orang yang dipimpinnya. Pemimpin terbaik kedua adalah mereka yang tidak mengharapkan penghormatan dan pujian dari bawahannya, selanjutnya ada pula seorang yang dianggap pemimpin bila ia ditakuti oleh orang lain.
(http://niasbarat.wordpress.com/2007/10/13/sekilas-tentang-kepemimpinan/)

b. Symbol Optimistik
Dalam kamus Webster online kata optimis memilki arti The opinion or doctrine that everything in nature, being the work of God, is ordered for the best, or that the ordering of things in the universe is such as to produce the highest good. Yang mana memiliki arti bahwa sebuah kepercayaan pada sesuatu hal yang sudah diatur oleh Tuhan dan percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan sesuatu hal terbaik untuknya.
Adegang Menggosok kaca:Bu Ardan keluar dari kamar
Bu Ardan : ah! Bapa… ! duh… kenapa digosok terus ? perasaan ibu lihat kaca itu sudah bersih.
Bu ardan berjalan mendekati pak ardan lalu duduk dikursi, pak ardan menggosok kaca cermin dagangannya sambil tersenyum.
Pak Ardan : perasaan bapak sih paling ngak kaca ini akan laku besok. Makanya bapak gosok… sambil mohon pada Allah semoga kaca ini bisa laku besok
Bu Ardan : amin
Kata lain tentang optimisme, adlah suatu sifat karakter yang dapat dikatakan positif bagi perjalanan hidup kita. Optimisme tidak muncul tiba-tiba, melainkan dibangun secara bertahap hingga mencapai puncaknya.
(http://matahatikita.wordpress.com/2008/09/02/keseimbangan-optimisme/)

c. Simbol Paranoid
Merasakan segala hal akan menjadi buruk atau negativ maka bisa dikatakan jadi dua hal bisa pesimis atau paranoid. Paranoid adalah perasaan takut jika hal yang paling tidak diinginkannya terjadi dan mnghingapinya, biasanya sering hilang akal sehat jika seseorang yang dihinggapi rasa paranoidnya sedang klimaks. Dalam kamus paranoid juga dikatakan “Suffering from delusions of being persecuted by the conspiratorial actions of others; having an unwarranted suspicion of the motives of others; used loosely in a negative sense, not as a medical term. Dalam cerita film ini Pak Ardan sebagai kepala keluarga ia sangat ketakutan jika anak dan Istrinya kelaparan atau menderita. Seperti dalam kutipan adegan dibawah ini.
Ketika selesai ia berbicara Kepada Allah didalam hatinya, tentang susahnya hari itu, tiba tiba ada seorang perempuan yang menunggangi motor berteriakdan pak ardan mulai mendorong rodanya lagi tiba-tiba:
Perempuan Pembeli Kaca : kaca! Kaca! (kepala pak Ardan celingak-celinguk mencari sumber suara dan bibirnya tersenyum)
Perempuan pembeli kaca itu menghampiri pak Ardan dan langsung tertarik dengan kaca yang semalaman digosok-gosok oleh pak ardan, sambil memeriksa kaca cermin itu perempuan pembeli kaca itu menawar harga:
Perempuan pembeli kaca : Berapa ini pak?
Pak Ardan : 45 ribu, bu.
Perempuan pembeli kaca : 25 ribu kali?
Pak ardan : (dalam hatinya) subhanallah… (lalu menawarkan lagi harga lebih murah) 40 ribu, bu. (sambil tersenyum)
Perempuan pembeli kaca : ah… gini aja kalau 30 ribu saya ambil, tapi kalu engga ya udah…
Pak Ardan : (dalam hatinya) ya Allah terimakasih ya Allah sudah menjawab doaku. Iya deh!
Tanpa diduga, tiba-tiba ada anak SMA tawuran dan kaca yang akan dibeli pecah terkena lemparan batu.
Perempuan pembeli kaca : astagfirlah….!
Pria pengantar Perempuan pembeli kaca : bu! Ayo Cepat bu!
Pak ardan jongkok mengambil cermin kacanya sambil meneteskan air mata dan imaginasinya langsung membayangkan bu Ardan
Bu Ardan : Ibu, sudah ngak punya apa-apa untuk besok pak.
Mata pak ardan melihat kerumunan anak tawuran dan ia berlari masuk kedalam kerumunan perkelahian dan dengan bringas ia memukuli siapapun yang ada disana. Tiba tiba ada suara berteriak dari sosok bapak-bapak berseragam ABRI.
Bapak-bapak tua : heh…! wheh ….! Hey! (anak SMA itu berlarian) kenapa sih kalian? Bukannya belajar! Berantem! Tawuran! Nongkrong-nongkrong! Merugikan bangsa dasar pengecut.
Pak Ardan : ha……!! (berteriak, nagis)
Bapak-bapak tua : astagfirlah…. (sambil merangkul pak Ardan yang jatuh Pingsan)
Tiba-tiba dating dua lelaki memakai baju koko dan menolong pak ardan
Laki-laki dengan banjo koko : mung! Cepet mung! Cepet tolong mung.
Pak Ardan : Mereka Memecahkan kaca saya! (sambil menangis) mereka memecahkan kaca saya!.(lalu pingsan)

d. Symbol Cinta yang Dalam
Wlaupun agak sulit mengemukakan tentang definisi cinta tetapi secara scemata cinta adalah rasa menyenangi sesuatu atau hal yang bersifat tetap atau sesaat. Sedangkan definisi sebuah cinta yang mendalam adalah lebih pengertian yang lebih mendalam tentang sebuah rasa suka mungkin rasa sayang, atau rasa tanggung jawa? Melebihi tentang arti cinta itu sendiri tentunya memilki sudut pandang yang berbeda. Dalam kutipan adegan pak Ardan yang merasa tertekan saat ia harus mendapatkan kebahagiaan sementara orang yang ia cintainya tidak mersakan kebahagiaan tersebut. Berikut kutipannya:
Pak Ardan diduk disebuah meja makan didepannya terdapat satu gelas the manis dan satu mangkuk mie instant, pertama ia meminum the manis dan selanjutnya ia mengangkat mangkuk nasi untuk dimakan. Tangannya meraih garpu dan memintalkan mie untuk disuapkan ke mulut, tibu tiba imajinasi pak ardan melihat anak dan istrinya sedang duduk dimeja makan dan meronta-ronta kelaparan. Dengan cepat ia mengurungkan niatnya untuk melahap mie instan itu.
Pak Ardan : Iwan…. Anang… Maafkan ayah nak, rizki tidak baik jika ditolak.
Dengan wajah bersedih dan sedikit menangis tangannya meraih kembali mangkuk mie instant itu dan ia memakan mie tersebut.
Pak Ardan : Bismillahi arahmanirahim.


e. Simbol Tanggung Jawab
Responsibilty atau rasa tanggung jawab itu bersemayam dalam jiwa-jiwa manusia di muka bumi ini, dengan alasan yang bermacam-macan dengan persepektif yang beda pula. Menurut kamus besar bahasa Indonesia tanggung jawab dapat diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb); fungsi menerima pembebanan, sbg akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain;
http://kbbi.web.id/index.php?search=tanggung+jawab
penandaan dalam karakter Pak Ardan dalam film ini adalah sebuah adegan dimana ia memperjuangkan janjinya terhadap dirinya dan keluarganya dimana harus menafkahi keluarganya dan menjadi pemimpin keluarga yang baik. Sebesar apapun rintangan yang membentang dihadapan pasti akan ditempuh untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, karena jika tidak dipertanggng jawaban perasaan bersalah,, berdosa, stres dan menyalahkan diri akan menghinggapi siapa pun yang mengabaikan tanggung jawabnya. Seperti dalam scene dibawah ini Pak Ardan yang harus pulang kerumahnya untuk memberikan uang 5000 rupiah agar anak dan istrinya dapat mengganjal perutnya yang lapar.
Pak Ardan mendorong rodanya dari mushola tempat ia dirawat, ia berjalan menuju rumah, waktu itu sore menjelang malam, hujan turun deras sekali. Pak Ardan tetap melanjutkan langkahnya walau harus basah kuyup. Dalam perjalanan ia harus terhenti karena jalanan macet disebabkan ada sebuah kecelakaan. Pak Ardan tetap memaksakan menerobos kemacetan dan garis Polisi demi bisa kembali kerumah dan menemui anak istrinya. Uang 5000 ruapiahnya digenggam erat agar tidak kebasahan. Dari pintu tiba tiba datang Pak Ardan yang basah kuyut karena kehujanan sambil tergopoh-gopoh ia segera masuk ke dapur.
Anang : Bapak… bapak sudah pulang! (pak ardan coba meraih serok penggorengan)
Pak Ardan : Bu. darimana makanan ini? (sedih bercampur marah)
Bu Ardan : Nanti ibu jelaskan...
Pak Ardan : Dapat dari mana semua ini, ibu ngutang ya? heuh..!
Bu Ardan : Nanti dulu nanti ibu ceritakan, sekarang bapak ganti baju dulu (pak Ardan memotong)
Pak Ardan : Dari... dari mana ini bu? (Pak ardan di bopong oleh kedua anaknya kekamar untuk segera mengeringkan badan dan ganti baju)
Bu Ardan : Pak nanti dulu... nanti ibu ceritakan... ibu masak air panas dulu buat bapak untuk mandi yah…









BAB III
KESIMPULAN

Untuk menemukan sebuah esensi sebuah karya sastra baik itu pesan atau conten karya tersebut, semua itu tidak terlepas dari sistem penandaan. Sistem penandaan tersebut dikenal dalam kajian ilmiah adalah semion atau semiotika. Dengan jelas pembaca, pendengar, penonton dapat menerima recive sebuah pesan yang disampaikan oleh penulis, speaker, dan aktor melalui pembendaharaan pemahaman yang ada dalam logika masing-masing. Sudut pandang orang lain berbeda masing-masing, seperti ada orang yang melihat segala sesuatu hanya menjadi pemahaman atau sebagai snap shot sahaja tanpa ada asumsi lain setelah itu. Ada pun yang melihat segala suatu hal dari sudut pandang penandaan atau simbol, seperti dalam analisa yang telah dijelaskan diatas penulis melihat sudut pandang terhadap karakter pak Ardan adalah menjadikannya media kaya simbol yang mengajarkan kepada penulis melihat sisi lain dari adegan atau gerak act dari tokoh Ardan diatas.
Setelah pengkaitan antara moving stage dan karakter kedalam symbol maka terdapat beberapa pesan yang disimbolkan oleh karakter pak Ardan. Yaitu simbol kepemimpinan, cinta yang mendalam, tanggung jawab, paranoid dan optimisme. Uraian penyimbolan dalam sebuah film tidak sesederhana yang diperkirakan, seperti simbolisasi sebuah pesan dengan satu ujaran, slogan atau kata, tapi dalam film terdapat unsur-unsur yang rinci dalam menguraikan bahwa dalam adegan atau karakter tersebut mengandung sebuah simbol. Pun begitu pula yang disebutkan Fiske pendukung dalam pengkarkteran terdapat unsur penting untuk menjakiannya muncul kepermukaan disebutnya adalah sebagai, level realitas, level representasi dan ideologi atau hematnya adalah suara, gambar, cahaya dan transisi dari scene ke scene lainnya dapat mendukung dalam proses penelitian simbol diatas.
Manfaat yang dapat diambil setelah penulis meneliti pengkarakteran tokoh diatas adalah semakin meyakinkan kepaqd penulis untuk dapat meningkatkan nilai kehidupan yang berarti, baik itu dan hal hubungan emosional pribadi, lingkungan dan dengan Tuhan. Film ini memang didedikasikan untuk dakwah Islam dan secara tidak langsung atau langsung dapat memberikan pengaruh kepada penonton atau penikmatnya. Walau pun sudut pandang terhadap film ini berbeda tetapi penulis yakin bahwa dengan sesuainya dalam pengkarakteran seorang tokoh Bapak Ardan dapat memberikan kesan yang mendalam kepada audiens tentang inti mensyukuri kehidupan sense of life.
Kesan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah penulis merasa sangat kekurangan dalam hal pembendaharaan kajian pustakanya. Karena penulis merasa ini adalah kajian baru selain kajian sastra lainnya seperti analisis puisi, prose dan short story. Semoga penelitian ini dapat memberikan khasanah baru untuk ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Fiske, John. 1990. Introducton to communication Studies. London:Routledge.
____________. 1988. Television Culture. London:Routledge
Fox, Denis. Prilleeltensky, Issac. 2005. Psikologis Kritis, Metaanalisis Psikologi Moderen. Teraju Mizan. Jakarta.
http://kamus.landak.com/cari/paranoid
http://kbbi.web.id/index.php?search=tanggung+jawab
http://matahatikita.wordpress.com/2008/09/02/keseimbangan-optimisme/
http://niasbarat.wordpress.com/2007/10/13/sekilas-tentang-kepemimpinan/
Nyoman Kutha Ratna. 2006. Toeri, Metode, dan Teknik, Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Obur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Time Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gitamedia Press.

Wardhaugh, Ronald, 1977, Introduction to Linguistic. Mc Graw hill Book Company, New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar