SELAMAT DATANG

selamat datang di blog kami semoga anda dapat mendapatkan infomasi yang anda butuhkan, kami senang dapat membantu anda

Kamis, 24 Desember 2009

PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN

PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN

• Sejarah Islam dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
• Periode Klasik (650-1250 M), merupakan zaman kemajuan. Periode ini dibagi dua fase:
• Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M).
• Fase disintegrasi (1000-1250 M).
• Periode Pertengahan (1250-1800 M), terdiri dari dua fase:
• Fase kemunduran (1250-1500 M).
• Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M).
• Periode Modern (1800-sekarang), merupakan periode kebangkitan umat Islam.

Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan menandai berakhirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga menyebar ke Eropa. Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut :

Jalan barat, yakni dilakukan dari Afrika Utara melalui Semenanjung Iberia di bawah pimpinan thariq bin ziyad (711 M). Bahkan, tentara Islam dapat melewati Pegunungan Pirenia yang akhirnya ditahan oleh tentara perancis di bawah pimpinan karel martel di kota poitiers (732 M). Akhirnya, pemerintahan Khilafah Umayyah memipmpin di semenanjung Iberia yang dikenal dengan bani Umayah II (711 M-1492 M) dengan ibukotanya Cordoba.

Jalan tengah, yakni dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju sepenanjung Apenina. Islam dapat menduduki Sisilia dan Italia selatan, tetapi dapat direbut kembali oelh bangsa Nordia pada abad ke-11.

Jalan timur, dimana pada tahun 1453, turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan Byzantium dengan terlebih dahulu menyerang Konstantinopel dari arah belakang yakni laut hitam sehingga mengejutkan tentara byzantium timur. Dari Byzantium, tentara turki usmani terus melakukan perlawanan sampai ke kota Wina di Austria. Setelah itu, tentara Turki Usmani mundur kembali ke Semenanjung Balkan dan menguasai daerah ini selama kurang lebih empat abad. Baru pada abad ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Akan tetapi, kota konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty Umayyah dan berubah menjadi Istanbul.


A. Kekuasaan pada abad pertengahan

Kesultanan Usmani

Didirikan oleh Usman, putra Artogol dari kabilah Oghuz di Mongol. Awalnya datang ke Turki untuk meminta suaka politik kepada penguasa Seljuk dari serangan tentara Mongol. Usman dipercaya menjadi panglima perang Dinasti Seljuk menggantikan ayahnya. Setelah Sultan Alauddin wafat, Usman mengambil alih kekuasaan, sejak itu berdirilah Dinasti Usmani.

Dinasti Usmani berbentuk kesultanan yang beribukota di Istanbul, Turki. Berasal dari suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah, salah satunya suku Kayi. Usman bergelar “Pedisyah Al-Usman”, dibawah kepemimpinannya wilayah kesultanan semakin luas dengan menaklukan beberapa wilayah, seperti Azmir (1327 M), Tharasyanli (1356 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galipoli (1356 M). Pada masa pemerintahan Muhammad Al- Fatih Kesultanan Usmani mengalami puncak kejayaan, dan dapat menaklukan wilayah Byzantum serta Konstantinopel (1453 M).

a) Pemerintahan dan Militer

Tingkatan paling tinggi dipegang oleh Sultan, tingkat kedua perdana menteri atau Sadrazan, tingkat ketiga gubernur atau Pasya, tingkat keempat bupati atau As-sawaziq atau Al-alawiyah. Sistem pemerintahan dan kekuasaan militernya berjalan baik. Muncul kelompok elite militer yang disebut janissary atau inkrisyriyah pada masa Orkhan bin Usman, kelompok ini merupakan kelompok penghancur negeri non-muslim.

b) Pengetahuan dan Budaya

Terjadi akulturasi dari beberapa negara seiring dengan meluasnya wilayah, yaitu kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani mengambil ajaran tentang etika dan tat krama dari kebudayaan Persia, organisasi dan kemiliteran dari Byzantum, dan ilmu arsitektur dari Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut, berdirilah berbagai masjid yang bagus serta kaligrafi indah.

c) Agama

Muncul dua aliran tarekat, yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya dibidang militer, dan Maulawiyah yang banyak pengaruhnya di lingkungan pejabat pemerintahan.

B. Kerajaan Safawi

Didirikan oleh Syah Ismail pada 907 H/1500 M di Tabriz, Persia (Iran). Awalnya sebuah gerakan tarekat yang bernama Safawiyah yang menjadi gerakan politik, dipimpin oleh Syekh Safifuddin Ishaq. Gerakan ini memasuki wilayah politik dan pemerintahan karena merupakan tarekat militer yang para pengikutnya berkeinginan memainkan peran politik untuk memperkokoh kekuasaannya. Kegiatan politik dipertajam pada pemerintahan Ismail, sehingga Ismail dianggap sebagai pendiri Kerajaan Safawi. Dibentuk semacam kesatuan tentara agama atau Qizilbasy (si kepala merah) pada pemerintahan Haidar.

Ismal menerapkan Syiah Isra Asyariah sebagai agama negara. Sebelumnya Persia berada di bawah kekuaaan Suni, maka ia mendatangkan ulama Syiah dari Iraq, Bahrein, dan Libanon untuk tujuannya. Program ini mengalami pertentangan yang berat, karena tidak mudah mengubah ideologi rakyat dari Suni ke Syiah. Banyak pula sastrawan dan ulama Suni yang dibunuh demi penerapan Syiah ini. Syah Ismail terus melanjutkan penaklukan sampai ke seluruh Iran, Heart maupun Diyarbakr (Turki), dan Baghdad dengan dukungan pasukan Qizilbasy.

Pada masa pemerintahan Syah Abbas (1588-1629) Kerajaan Safawi mengalami puncak keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan merebut wilayah yang melepaskan diri, tetapi Syah Abbas juga mampu melebarkan wilayahnya ke Tabriz, Sirwan, dan kep.Harmuz, bahkan pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin melepaskan diri dari ketergantungan dukungan kekuatan militer Qizilbasy, maka ia membentuk kekuatan militer yang terdiri dari budak Kaukakus dan Georgia. Strategi ini berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada tahun 1598.

a) Pemerintahan dan Politik

Terbagi secara horozontal, yaitu didasarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan, dan pembagian secara vertikal, yaitu mencakup dua jenis, istana (dargah) dan sekretariat negara (divan atau mamalik). Penyelenggaraan negara dipercayakan kepada para amir (kepala suku) tingkat atas dan wazir (menteri) yang tergabung dalam suatu dewan (jangi). Terdapat lembaga yang tercakup dalam dewan tersebut (majelis nivis) yang terdiri dari sejarawan istana, sekretaris pribadi Syah, dan kepala intelejen.

b) Ekonomi

Ekonomi dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat di bidang pertanian dengan memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi tanah raja. Pertumbuhan ekonominya semakin baik karena stabilitas keamanan yang dinamis dan situasi dalam negeri yang terkendali. Pelabuhan Bandar Abbas menjadi jalur perdagangan antara Timur dan Barat sehingga sektor perdagangan semakin maju. Di bidang pertanian mengalami kemajuan terutama di daerah Bulan Sabit yang subur.

c) Ilmu Pengetahuan

Didirikan lembaga pendidikan Syiah oleh Syah Abbas, yaitu sekolah teologi untuk lebih memantapkan akan aliran Syiah. Beberapa nama ilmuwan, sastrawan, dan sejarawan Safawi antara lain, Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Muhammad Baqir Astarabadi, Sarudin Muhammad bin Ibrahim Syirazi, dan Muhammad Baqir Majlisi.

d) Bangunan dan Seni

Kantor, masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa dibangun dengan gaya arsitektur yang indah. Di bidang seni, terlihat dalam kegiatan dan hasil dari kerajinan tangan, keramik, karpet, dan seni lukis.

C. Kerajaan Mogul

Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) di India. Babur diwarisi daerah Ferghana dari ayahnya ketika berusia 11 tahun. Berdirinya Kerajaan Mogul di India menimbulkan serangan dari Kerajaan Hindu, serangan ini dapat dikalahkan oleh Babur. Babur memerintah selama 30 tahun, setelah wafat digantikan putranya, Humayun yang hanya memerintah selama 9 tahun karena kondisi dalam negeri tidak aman dengan munculnya pemberontakan. Humayun meninggal dan digantikan oleh anaknya yang berusia 14 tahun, Akbar. Urusan pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan. Ketika Akbar dewasa, ia memperluas wilayah dengan menaklukan daerah Chundar, Ghond, Orisa, dan Asingah. Pemerintahan dijalankan secara militeristik, pemimpin daerah dipimpin ileh seorang komandan (sipah saleh). Terjadi kemajuan di berbagai bidang, misalnya ekonomi dan pertanian, yang dipacu oleh stabilitas politik yang aman dan pemerintahan yang stabil. Karya Malik Muhammad Jayadi yang berjudul “Padmayat” menjadi karya sastra yang paling menonjol. Demikian juga pembangunan masjid indah dan megah yang berlapis mutiara yang disebut “Taj Mahal”.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan sisilia. Spanyol sendiri merupakan tempat yang paling utam bagi Eropa dalam menyerap ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Beberpa perkembangan Islam antara lain sebagai berikut :

Bidang politik

Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib (1096-1291)

2. Bidang Sosial Ekonomi

Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika
3. Bidang Kebudayaan

Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut :

a. Al Farabi (780-863M)

Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya aristoteles.

b. Ibnu Rusyd (1120-119

Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.

c. Ibnu Sina (980-1060 M)

Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.

4. Bidang Pendidikan

Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas- universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu- ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat

Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut :

Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi dokter, ia bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikin juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjan yang termasyhur di negaranya.

Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Seorang pendeta kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292 M) mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat membaca nasakah asli dan menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan tersebut dibawanya ke Universitas Oxford Inggris. Sayangnya, penerjemahan tersebut di akui sebagai karyanya tanpa menyebut pengarang aslinya. Diantara bukuyang diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya Roger Bacon.

Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac (940-1003 M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana , ia berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut .

Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam, maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan pembantaian kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai kerajaan non muslim, maka penduduk negeri tersebut diperlakukan dengan baik. Agama dan kebudayaan merekapun tidak terganggu.

Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.

Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18 M.

Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi kenangan.

C. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan

Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan Islam pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut :

Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah, perluasan wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan demikian kebudayaan Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut menandakan bahwa semangat kaum muslim dalam meraih cita-cita sangat tinggi sehingga melahirkan persatuan dan kesatuan yang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini terbukti dalam setiap perluasan wilayah, kaum muslim mampu menguasai Spanyol dalam waktu sekitar delapan abad (711-1492 M) dan menguasai Semenanjung Balkan sekitar 4 abad (1453-1918 M)

Niat yang tulus ketika melakukan sesuatu karena Allah sangat dibutuhkan, ketika niat telah berubah menjadi orientasi terhadap kekuasaan atau harta, maka dengan cepat kehancuran akan menimpa. Hal tersebut telah banyak dibuktikan pada peristiwa-peristiwa runtuhnya daulah bani Umayyah, bani Abbasyah, dan bani Umayyah II di Andalusia serta kerajaan atau pemerintahan lain dimanapun berada.

Penaklukan wilayah yang demikian luas dilakukan oleh kaum muslim saat itu berdasarkan pada permintaan penduduk suatu negara yang ditindas oleh pemimpin mereka sendiri. Hal tersebut dikarenakan penduduknya berada dibawah pemerintahan yang zalim atau karena kerajaan tersebut telah mengganggu wilayah-wilayah Islam. Oleh karena itu, kaum muslim telah bertindak sebagai pembebas masyarakat suatu negara dari tindakan pemerintah mereka yang sewenag-wenang dan bukan bertindak sebagai penjajah atas suatu negara. Penduduk yang dibebaskan tetap diberikan keleluasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan mereka masing-masing meskipun upaya penyebaran agama Islam senantiasa dilakukan.

Islam memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya menyebarkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Eropa memiliki kemajuan saat ini salah satunya disebabkan jasa sarjana-sarjana muslim yang telah menjadi mata rantai perkembangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat Eropa saat itu.

D. Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan

Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut :

Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.

Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam. Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan Semenanjung Balkan selama berabad-abad telah memotifasi barat untuk mempelajari ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kebudayaannya

Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.

F. Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia

Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini.

Pengaruh Bahasa dan Nama

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.

2. Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni

Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.

3. Pengaruh dalam Bidang Politik

Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan- kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore.

4. Pengaruh di bidang ekonomi

Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin berkembang

Daftar Pustaka :


http://belchunk.blogspot.com/

http://hbis.wordpress.com/2007/11/23/perkembangan-islam-pada-abad-petengahan/

http://sakagami.multiply.com/journal/item/27/Perkembangan_Islam_Pada_Abad_Pertengahan





imperium islam
Makalah kuliah informal di Universitas Indonesia, 10 Desember 2005.

Dr. Fahmi Amhar
Dosen Pascasarjana Universitas Paramadina


Dalam sejarah dunia yang panjang, tidak banyak negara-negara yang berhasil membentuk diri menjadi negara kuat yang menguasai wilayah yang luas (minimal pada 10 bangsa / etnis yang berbeda), pada masa yang cukup lama (minimal 10 generasi atau sekitar 300 tahun) serta meninggalkan jejak peradaban yang signifikan, yang terasa sampai saat ini.
Hingga abad-15 M, mungkin hanya tiga negara seperti itu, yaitu Imperium Romanum (Romawi) yang berkuasa dari kira-kira Abad ke-7 SM hingga abad 15 M di seluruh Eropa dan Afrika Utara, lalu imperium Persia dari masa Cyrus (abad 10 SM) hingga abad 8 M dan membentang di wilayah Irak sekarang hingga sebagian India dan Asia Tengah, dan Imperium Islam (abad 8 M hingga 17 M) dan membentang dari Maroko di tepi Atlantik hingga Merauke di Nusantara.

Selain mereka ada juga beberapa negara besar, misalnya Mesir dan Cina. Kerajaan Mesir Firaun bertahan hampir 4000 tahun, namun meski meninggalkan jejak peradaban yang luar biasa (piramid dsb), luas kekuasaannya terbentang hanya di sekitar sungai Nil saja. Demikian juga kerajaan Cina yang meski wilayahnya sangat luas namun tidak mencakup variasi etnis yang seheterogen seperti halnya Romawi, Persia dan Islam. Cina juga tercatat berkali-kali dijajah oleh orang-orang Tartar / Mongol. Bangsa Tartar ini juga meski tercatat pernah menguasai hampir separoh dunia (dari Polandia sampai Cina), namun selain tidak meninggalkan jejak peradaban yang berarti, kekuasaanya juga tidak lebih dari tiga generasi.

Sedang setelah abad-15, keseimbangan dunia mulai berubah. Sejak abad-15, muncul berbagai imperium baru. Sejarah mencatat imperium Austria (Habsburg) yang pernah menguasai sebagian besar Eropa melalui politik peperangan maupun pernikahan. Kebesaran imperium Austria terlihat dari aliran seni arsitektur dan musik yang banyak ditemukan di se-antero Eropa. Kemudian imperium Portugis dan Spanyol yang pernah menguasai banyak wilayah di Amerika Latin, Afrika, sebagian India hingga beberapa pulau di Nusantara selama beberapa abad, hingga sekarang ini bahasa Spanyol dan Portugis masih bertahan sebagai bahasa resmi di PBB. Kemudian mereka tergantikan oleh imperium Inggris dan Perancis yang juga memiliki jajahan di seluruh dunia, dan bahasanya juga masih dipakai di mana-mana. Dan setelah perang dunia kedua, posisi mereka tergantikan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kini setelah perang dingin berakhir, tinggal Amerika yang aktif sebagai imperium tunggal. Wilayah cengkeraman kekuasaanya praktis ada di seluruh dunia, setidaknya secara tidak langsung melalui badan-badan dunia (PBB, WTO, IMF, …). Meski Amerika Serikat baru berusia 230 tahun, tapi jejak peradabannya sudah melebihi imperium Romawi.

Terbentuknya sebuah Imperium
Terbentuknya suatu kekuasaan yang kemudian dicatat sejarah sebagai suatu "imperium" tidaklah terjadi tiba-tiba. Paul Kennedy dalam "The Rise and Fall of Great Powers" berteori bahwa faktor-faktor ekonomilah yang menjadikan sebuah negara semakin penting, sehingga kemudian menjadi lebih kuat dari negara lain. Yang dimaksud faktor ekonomi adalah sinergi antara posisi geopolitis, sumber daya alam, tingkat teknologi penduduknya, kekuatan struktur politiknya dan semua ini akan berperan pada ketahanan militer negara itu.

Fakta, semua negara yang pernah menjadi imperium, memiliki semua yang dibutuhkan itu. Pertanyaannya adalah, mengapa ada masa-masa pasang surut, ketika meski suatu negara masih memiliki semuanya, namun dia tidak lagi menjadi penting di kancah dunia. Sebagai contoh, Russia sebagai penerus Uni Soviet, masih memiliki semua yang dipunyai Uni Soviet. Dia masih memiliki wilayah yang luas, dari batas Skandinavia hingga batas Korea; sumber alamnya masih sama, teknologinya masih teknologi Soviet yang mampu membuat bom atom dan pesawat luar angkasa, struktur politiknya mestinya lebih kuat karena lebih demokratis, dan empat juta tentaranya dengan minimal 10000 kepala nuklir masih merupakan kekuatan yang mampu menghancurkan seluruh dunia. Namun kini Russia bukan lagi imperium. Dia sudah kehilangan hampir semua negara satelitnya. Bahkan politik ekonominya sudah dikendalikan oleh AS lewat WTO.

Jadi apa sesungguhnya yang membentuk imperium?

Alvin Toffler dalam "The Future Shock" menjelaskan bahwa pengaruh dan kepemimpinan, baik dalam skala kecil maupun skala imperium, bisa timbul oleh tiga hal:

1. muscle – pengaruh yang ditimbulkan oleh kekuatan fisik (militer). Artinya bangsa atau negara yang yang di bawah pengaruhnya, bisa dikuasai karena dipaksa, karena takut, atau karena meminta perlindungan. Inilah pada umumnya imperium Romanum, Persia dan juga negara-negara yang terjajah oleh negara kapitalis di abad pertengahan.

2. money – pengaruh yang ditimbulkan oleh kekuatan ekonomi, termasuk sumberdaya alam. Artinya bangsa atau negara yang yang di bawah pengaruhnya bisa dikuasai karena mendapat kompensasi ekonomi (hutang, investasi, akses sumber alam, akses produk, akses pasar). Inilah yang terjadi di abad-20 dengan Uni Soviet dan AS. Di masa komunis, negara-negara Eropa Timur merasa perlu bergabung dengan Uni Soviet karena akses kepada minyak dan gas Soviet – yang tidak perlu dibeli dengan $ di pasar bebas, tapi cukup dibarter dengan gula atau buah-buahan.

3. mind – pengaruh yang ditimbulkan oleh kekuatan pemikiran, termasuk gaya hidup dan teknologi. Artinya bangsa atau negara yang di bawah pengaruhnya bisa dikuasai karena pemikiran yang diembannya. Pemikiran yang merasuki itulah yang membuat mereka mau dipimpin oleh sang imperior.

Menurut Toffler, model kepemimpinan yang ketiga inilah yang paling tinggi mutunya. Meski beberapa imperium terbukti saat ini memiliki ketiga-tiganya, Namun dilihat dari sejarahnya, selalu dapat dimengerti bahwa semua bermula dari pemikiran. Setelah ada pemikiran, maka kekuatan ekonomi dapat dibangun dan dipertahankan lebih lama. Dengan kekuatan ekonomi ini maka kekuatan fisik dapat dibiayai lebih lama.

Tanpa kekuatan pemikiran, maka kekuatan ekonomi mudah dibuat loyo, dan tanpa kekuatan ekonomi, kekuatan fisik hanya bisa dipertahankan sebentar.


Kontroversi Khilafah versus Kerajaan
Dalam sejarah dapat dilihat bahwa tidak ada imperium yang dapat bertahan dengan penguasa yang bersikap absolut dan monolitik (diktator). Imperium Romanum pun memiliki senat yang selalu diajaknya berdiskusi dan bahkan diandalkan keputusannya dalam persoalan-persoalan negara yang pelik. Bagaimanapun pemimpin kalau ingin terus didukung, dia tidak bisa begitu saja melupakan para pendukung politiknya. Tentu saja, pada rakyat perseorangan di masa itu tetap akan ada keputusan-keputusan yang akan dinilai oleh kita sekarang sebagai sangat otoriter. Namun secara makro, itu tidak akan terjadi bila tidak didukung (minimal didiamkan) oleh konstruksi sosial politik yang ada.

Jadi, bagaimana keputusan politik diambil, sesungguhnya tidak tergantung pada apakah negara itu berbentuk kerajaan dengan raja yang turun temurun atau oleh presiden yang dipilih setiap lima tahun.

Sistem khilafah per default adalah negara yang tidak otoriter. Dalam berbagai aspek hukum, hukum ditentukan oleh syara', tidak oleh kehendak Khalifah. Sedang dalam persoalan lain, khalifah wajib bermusyawarah dengan ahlu halli wa aqdi (Majlis Ummah).

Kalaupun kemudian terkesan khilafah berasal dari satu dinasti, maka itulah kenyataan praktis yang terjadi. Bagaimanapun, anak-anak seorang khalifah relatif memiliki kesempatan belajar politik lebih baik dari orang-orang lain. Dia akan lebih banyak mengenal para tokoh, lebih sering belajar dari orang-orang yang paling alim, dan mungkin juga lebih luas aksesnya kepada media massa. Walhasil ketika ada pemilihan khalifah baru, dia memiliki posisi start yang jauh lebih baik dari semua kandidat lain.

Dan berbeda dengan kerajaan, dalam sistem khilafah tidak ada putera mahkota yang harus jadi dalam keadaan apapun. Tidak seperti di Cina, yang sejarah mencatat seorang kaisar Pu Yi yang baru berumur 3 tahun, dan akhirnya disetir habis-habisan oleh Perdana Menterinya yang korup.


Transisi peralihan Imperium
Peralihan imperium Romanum dan Persia ke imperium Islam terjadi dalam proses dakwah. Persia jauh lebih cepat tunduk di bawah kekuasaan Islam karena imperium ini dikenal sangat korup dan kejam kepada rakyatnya. Islam diterima rakyat sebagai ajaran yang memerdekakan manusia dari perbudakan sesama ke penghambaan kepada Allah saja. Dan ketika dakwah Islam dihalangi secara fisik, rakyat Persia sendiri yang turut membantu pasukan jihad, sehingga tak sampai seabad setelah Nabi wafat, Persia sudah seutuhnya di bawah naungan Islam.

Adapun transisi Romawi ke dalam Islam memakan proses hampir 800 tahun. Daerah jajahan terdepan Romawi di Syams dapat dibebaskan pada masa Umar bin Khattab. Namun ibu kota Konstantinopel baru bisa dibebaskan oleh Muhammad al-Fatih tahun 1453. Kuncinya memang dakwah dan pemikiran. Pemikiran yang merasuki para mujahidin Islam dan rakyat yang akan dibebaskan.

Transisi imperium Islam ke imperium kafir di abad 17 hingga sekarang, juga berangsur perlahan, dimulai dari masuknya pemikiran asing ke tubuh kaum muslimin dan khilafah. Khilafah baru benar-benar dibubarkan tahun 1924, namun sebelumnya dia sudah seperti digerogoti kanker yang kronis selama lebih dari dua abad.


Karakteristik dan Hasil Karya
Hasil karya imperium Islam sangat berbeda baik dengan sebelumnya (Romawi/Persia) maupun sesudahnya (AS, Inggris, Perancis, dll.).

Imperium Islam tidak pernah merendahkan etnis manusia yang di bawahnya, sehingga tidak pernah menimbulkan kebencian kepada negara yang membawanya, hingga sekarang. Kalaupun di suatu masa pernah ada kebencian Arab atas Turki, maka itu tidak lain adalah hasil provokasi calon penjajah atau imperium baru.

Imperium Islam tidak pernah menjarah sumberdaya alam dari negeri yang dikuasainya (seraya memiskinkannya), justru malah sebaliknya, terkadang mereka mensupply negeri manapun (termasuk yang tidak dikuasainya) yang kekurangan atau mengalami musibah.

Imperium Islam tidak pernah menimbulkan bencana lingkungan atau sosial yang serius. Imperium Amerika sekarang ini menimbulkan situasi lingkungan global yang sangat parah (AS yang paling besar mengkonsumsi BBM dan otomatis memproduksi limbah / polutan justru sampai kini menolak meratifikasi protokol Kyoto yang membatasi gas rumah kaca); serta kesenjangan yang makin meluas antara negara-negara kaya (di "utara") dan negara-negara miskin di "selatan".

Hasil peradaban Islam juga menunjukkan bahwa mereka peduli kepada karya-karya yang tidak sekedar memiliki nilai material, intelektual dan emosional, namun juga memperhatikan nilai spiritual, sehingga manusia dari kalangan apapun merasa lebih dimanusiawikan, karena merasa dekat dengan Sang Penciptanya. Ini yang jarang ditemukan dari karya-karya imperium yang lain.


Tiga Imperium Islam
Sejarah mencatat setidaknya tiga imperium Islam besar, yaitu dinasti Umayyah, Abbasiyah dan Utsmaniyah. Bagaimana sesungguhnya periodisasi ini muncul dan bagaimana keadaan sesungguhnya di masa itu?

Sesungguhnya para ahli sejarahlah yang membagi masa panjang imperium Islam dalam tiga kurun ini.

Imperium Umayyah muncul setelah Muawiyah menerima pengalihan bai’at dari Hasan bin Ali pada tahun 661 M, namun kemudian Muawiyah melakukan bid’ah – dengan meniru model suksesi Romawi dan Persia, yakni mencalonkan putranya, Yazid, sebagai penggantinya, dan memaksa ummat untuk berbaiat pada putranya, semasa Muawiyah masih hidup.

Namun demikian, bid’ah dalam suksesi ini tidak lantas membuat imperium Islam melemah dan hancur. Justru di masa ini ilmu-ilmu hadits, fiqh maupun sains mulai tumbuh dan kemudian berkembang pesat. Wilayah kekuasaan Islam meluas hingga Maroko dan Andalusia di sebelah barat, sampai tepi sungai Indus di timur.

Sebenarnyalah, bid’ah putra mahkota ini tidak berjalan mulus. Ada beberapa khalifah pengganti yang bukan anggota keluarga dekat khalifah sebelumnya. Karena itulah, para sejarawan menyebut “Bani Umayyah” sebagai nama dinasti ini – diambil dari nama kakek buyut Muawiyah. Muawiyah adalah anak Abu Sofyan bin Harb bin Umayyah bin Abdus Syam bin Abdul Manaf. Abdus Syam adalah saudara Hasyim. Sementara itu Rasulullah adalah anak Abdullah bin Abdul Munthollib bin Hasyim. Jadi, konklusi nama dinasti ini dilakukan belakangan. Andaikata seluruh khalifah pada periode ini hanya keturunan Muawiyah – tentu namanya ”Bani Muawiyah” – dan itu tidak terjadi.

Periode pertama ini berakhir ketika terjadi Revolusi Abbasiyah pada tahun 750 M. Ketika itu kezaliman khalifah Marwan II (744-750) sudah tidak tertanggungkan lagi. Namun sebenarnya, tidak semua khalifah dinasti ini seperti itu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) dapat dianggap sebagai khalifah yang sangat sukses dan dicintai rakyat, bahkan sering dijuluki Khulafaur Rasyidin ke-5.

Hampir semua sejarahwan pada masa lalu maupun kini hanya tertarik untuk menulis aspek politik / pemerintahan, tak terkecuali dari Imperium Umayyah ini. Maka salah satu yang dianggap menonjol (“bernilai sejarah”) dari era ini adalah permusuhan yang mendalam kepada kelompok Syiah. Di belakang hari hal ini menimbulkan dendam di kalangan syiah, sehingga menutup seluruh prestasi Imperium Umayyah, bahkan juga era Khulafaur Rasyidin.

Di era Imperium Abbasiyah, situasi politik jauh lebih baik. Terjadi rekonsiliasi besar-besaran untuk berbagai kalangan yang selama masa Umayyah berseberangan dengan elit penguasa – terutama dengan Syiah. Tak heran bahwa perkembangan fiqih maupun sains lebih hebat lagi di masa ini, walaupun ada era di mana ada pemaksaan atas suatu pendapat yang diadopsi oleh negara – seperti di zaman Al-Makmun, di mana negara mewajibkan orang untuk meyakini bahwa Qur’an itu mahluk – sehingga sejumlah ulama yang meyakini bahwa Qur’an adalah Kalamullah kemudian dipenjarakan.

Wilayah kekuasaan juga tumbuh lebih pesat lagi pada awalnya, walaupun kemudian cukup berat membawa bangsa-bangsa yang kemudian masuk Islam itu pada tingkat pemikiran yang sama. Walhasil, berbagai anasir filsafat Yunani, Persia dan India kuno pelan-pelan mulai merasuk ke dalam tubuh masyarakat Islam.

Menjelang abad 11 M, pengaruh berbagai filsafat ini sudah cukup serius, berpengaruh dalam bentuk berbagai ijtihad yang tidak bermutu yang melemahkan umat Islam. Sementara itu kekurangmampuan penguasa pusat dalam mengurus rakyat di wilayah yang sangat luas ini, menyulut beberapa gerakan separatisme di beberapa tempat. Di Mesir muncul Daulah Fathimiyah – suatu sempalan sesat dari kelompok Syiah. Beberapa sultan (gubernur) di imperium kemudian menutup pintu ijtihad, sebagai upaya mencegah eskalasi gejala ini. Namun hal ini tidak menolong banyak. Lemahnya imperium kemudian memancing datangnya pasukan salib (1096-1187), dan yang lebih fatal adalah pengkhianatan wazir khalifah sehingga Pasukan Tartar (Mongol) sampai ke Bagdad dan membantai lebih dari 2,6 juta penduduknya pada 1258.

Peristiwa pembantaian Tartar itu sekaligus mengakhiri era Abbasiyah di Bagdad. Namun nama dinasti ini – yang diambil dari nama Abbas bin Abdul Muntholib – yang juga mungkin baru dipakai para sejarahwan setelah melihat ginealogi para khalifahnya – masih dipakai hingga tahun 1517. Tiga tahun setelah hancurnya Bagdad, pada 1260, khilafah Abbasiyah diteruskan kembali di Mesir, di bawah perlindungan sultan-sultan Mameluk. Namun khalifah tinggal simbolis saja, sebab yang sesungguhnya berkuasa adalah sultan-sultan Mameluk itu. Walau demikian negara ini masih bertahan hingga hampir tiga abad.

Secara tatanegara, sultan Mameluk di Mesir sesungguhnya hanyalah gubernur di dalam khilafah. Mereka mendapat legitimasi kuat karena berhasil mengalahkan dan mengusir pasukan Tartar pada 1261 di Ain Jalut. Namun di akhir abad 15, popularitas sudah kalah di bawah gubernur Islam yang lain, yaitu para Sultan Turki di Anatolia, yang pada 1453 telah membuka Konstantinopel. Akhirnya, ketika pusat imperium di Mesir tidak bisa dipertahankan lagi, tampuk kepemimpinan imperium berpindah ke dinasti Utsmaniyah di Turki pada 1517.

Dinasti Utsmaniyah diberi nama dari pendirinya yaitu Utsman pada 1299. Imperium ini mencapai legitimasi dunianya setelah mendapatkan perpindahan kekhilafahan dari Abbasiyah di Mesir, meski mereka tidak menggunakan gelar Khalifah sebagaimana sebelumnya. Namun, pada 3 Maret 1924, Inggris tetap menyebut peristiwa pengusiran penguasa terakhir Utsmaniyah sebagai pembubaran khilafah (The Abolish of Caliphate).

Seperti imperium yang lain, imperium Utsmaniyah juga mencapai puncak kejayaannya di abad-abad awalnya. Mereka praktis menjadi adi kuasa dunia yang disegani lawan dan dihormati kawan. Kemunduran baru terjadi pada abad 18, setelah dakwah dan jihad tidak lagi ditekuni dengan serius, sehingga terjadi kemunduran di segala bidang. Bandul sejarah kemudian berubah total ketika di Eropa terjadi revolusi pemikiran, revolusi Perancis (1789) yang disusul dengan revolusi industri di Inggris dan seluruh negeri di Eropa, dan kemudian Amerika Serikat. Akhirnya imperium Utsmaniyah runtuh setelah terseret dalam Perang Dunia I, setelah rakyatnya yang multi-entnis sebelumnya dipecahbelah dengan sentiemen nasionalisme.


Analisis atas Imperium Islam
Secara umum kehidupan rakyat di seluruh imperium ini relatif lebih baik dari pada dunia di luar khialfah. Inilah yang menyebabkan mereka yang keluar negeri selalu dihormati karena dianggap representasi dari suatu negara yang hebat. Mungkin sama dengan turis dari Jerman yang datang ke negeri muslim saat ini – dianggap hebat, karena berasal dari negeri yang hebat.

Demikian pula ketika para pedagang muslim dari imperium Islam datang ke Nusantara, berduyun-duyun raja-raja Hindu dan Budha menjadikan mereka penasehat, sampai akhirnya di Nusantara bermunculan kesultanan-kesultanan Islam.

Jejak tiga imperium ini masih bisa dilihat hingga sekarang. Masjid Umayyah masih berdiri tegak di Damaskus. Berbagai observatorium bintang yang didirikan khilafah Abbasiyah masih tegak di berbagai tempat di Iran dan Irak – kecuali yang sudah dibom oleh pasukan AS sejak invasi ke Irak tahun 2003. Demikian juga di Turki masih berceceran peninggalan sejarah sebuah imperium besar. Masjid Sultan Ahmet yang menjadi icon Istanbul adalah bukti penguasaan teknologi konstruksi yang sangat hebat ketika itu.

Tentang kehidupan rakyat mereka, dapat dibaca dari laporan-laporan perjalanan musafir barat, seperti catatan Marcopolo (abad 13). Wilayah imperium Islam terkenal dengan kerapihan dan kebersihannya, pelayanannya terhadap orang sakit – sekalipun orang asing, level pendidikannya yang tinggi – padahal bebas biaya. Kehidupan seperti itu terus berjalan berabad-abad tanpa terganggu dengan hiruk pikuk politik. Secara logika juga mustahil berdiri sebuah negara yang kuat, tanpa di dalamnya ada masyarakat yang solid mendukungnya, karena diberikan keadilan dan kesejahteraan.

Ini artinya, fenomena tragedi atas beberapa penguasa (fitnah, pembunuhan) hanya terjadi di kalangan elit, namun siapapun penguasa Islam itu, mereka sangat serius dalam mengurusi rakyatnya.

Di Nusantara, pengaruh tiga imperium ini berjalan berangsur-angsur. Kontak pertama sudah terjadi di zaman Umayyah. Namun kontak yang intensif, hingga penempatan pejabat penting baru terjadi setelah zaman Utsmaniyah, antara lain berupa penempatan seorang laksamana di Aceh (diberi nama “Gubernur Turki”) untuk membantu Aceh menghadapi Portugis di selat Malaka. Faktanya, banyak sekali sultan-sultan di Nusantara yang baru percaya diri setelah mendapat pengakuan dari Syarif Makkah – yakni gubernur Khilafah yang ditugaskan mengurusi kota Makkah. Pada umumnya sultan-sultan itu bertemu dengan Syarif Makkah pada saat ibadah haji.

Memang secara bahasa tidak ada satu negarapun yang diceritakan di atas yang menamakan diri "Negara Islam"? Ngara Islam ada dalam substansi – yakni negara yang hukumnya bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul, dan keamanannya semata-mata di tangan kaum muslimin. Negara ini bukan negara bangsa dan juga bukan negara agama. “Negara Islam” adalah terminologi ideologis, seperti kita menyebut “Negara Demokrasi”. Jadi ia bukan nama sebuah negara. Penguasa imperium Islam menyebut dirinya khalifah, amirul mu’minin, atau sultan – karena penggunaan istilah-istilah ini adalah mubah. Dan semuanya menggambarkan bahwa mereka mengemban tugas untuk menerapkan hukum Islam serta menyebarkan dakwah ke seluruh dunia. Di dalam imperium Islam hidup berbagai bangsa (etnis) dan berbagai pemeluk agama dengan damai. Orang-orang Nasrani, Yahudi, Majusi, Hindu, dan kafir lainnya tidak dipaksa masuk Islam, namun mereka didakwahi dengan diberi contoh yang baik, dan diperlakukan adil berdasarkan syariah Islam.

Fakta-fakta ini harus dihidupkan dan diceritakan kepada anak-cucu kaum muslimin, agar mereka sadar, bahwa Islam pernah mengantarkan kepada kemuliaan, dan mereka adalah pewaris-pewaris orang-orang mulia. Kakek-kakek mereka adalah Umar bin Khattab, Harun al Rasyid, al-Mu’tashim Billah, Salahuddin al-Ayyubi, Mehmet al Fatih, Sulaiman al-Qanuni dan sebagainya.

Mereka harus merebut kembali kemuliaan itu dengan membangun kembali penyebab kemuliaan itu. Kemuliaan itu terjadi karena mereka meyakini aqidah Islam, kemudian menerapkan syariah dalam wadah khilafah, kemudian melakukan dakwah dan jihad fi sabilillah.

Pada abad-21 ini, dunia sudah sekarat. Imperium-imperium lain yang menggantikan khilafah terbukti tidak mampu menjadi sumber rahmat bagi seluruh alam. Belum ada tiga abad, tanda-tanda kiamat sudah semakin dekat. Kiamat dalam arti kehancuran ekosistem, kehancuran generasi, dan kehancuran hubungan antar manusia. Karena itu, menjadi tugas sejarah bagi kaum muslimin untuk kembali mengantarkan yang telah dinubuwatkan Rasulullah, “…. Bahwa setelah itu akan ada lagi khilafah yang didirikan sesuai dengan metodeku”.

Dan jika umat Islam meyakini keniscayaan tibanya saat tersebut, sejumlah ilmuwan Barat dengan analisis ilmiahnya menyatakan bahwa munculnya kembali imperium Islam adalah salah satu dari empat kemungkinan yang akan terjadi pada 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar